Jumat, 20 Juli 2007

Pembelajaran berbasis Komputer

Pembelajaran berbasis Komputer

A. Pendahuluan

“ Jika seseorang yang membawa laptop ke sebuah tempat yang berada jauh di gugusan kepulauan kecil yang terpencil. Kemudian dari tempat yang sangat terpencil ini, orang tersebut mulai menggunakan laptop-nya dan melakukan akses terhadap berbagai materi program pelatihan yang tersedia. Tidak ada layanan bantuan belajar dari tutor maupun dukungan layanan belajar bentuk lainnya. Dalam konteks ini, apakah orang tersebut dapat dikatakan telah melaksanakan e-learning? Jawabannya adalah TIDAK. Mengapa? Karena yang bersangkutan di dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukannya tidak memperoleh layanan bantuan belajar dari tutor maupun layanan bantuan belajar lainnya. Akan tetapi bagaimana kalau yang bersangkutan mempunyai telepon genggam dan kemudian berhasil menggunakannya untuk menghubungi seorang tutor? Apakah dalam konteks yang demikian ini dapat dikatakan bahwa yang bersangkutan telah melaksanakan e-Learning? Jawabannya adalah YA.”
(Newsletter of ODLQC, 2001)

Illustrasi diatas memberikan kejelasan tentang kegiatan belajar yang dapat dikatakan sebagai kegiatan belajar yang berbasiskan komputer dan jaringan atau E-Learning. Lebih jauh lagi gambaran diatas sebenarnya hanya sebagian kecil dari manfaat yang mungkin kita bisa dapatkan ketika kita memahami secara benar aplikasi komputer dengan perkembangan teknologi informasi yang begitu mengglobal beberapa dasawarsa terakhir ini. Pada perkembangan selanjutnya realitas menunjukkan bahwa aplikasi komputer dan jaringan tidak sebatas pada pembuatan, pengiriman dan penyimpanan data saja, melainkan memungkinkan kita untuk berinteraksi secara langsung bahkan pada jarak yang jauh sekalipun. Pada situasi situasi yang telah dikondisikan interaksi bahkan dapat dilakukan bukan hanya kepada satu orang, melainkan kepada seluruh komunitas pengguna jaringan tersebut, aplikasi ini dengan mudah kita lihat di dunia maya/ internet, dengan kata lain perkembangan teknologi komunikasi dan informasi secara tegas memberikan kesempatan untuk diaplikasikan dalam berbagai bidang
Sejalan dengan kemajuan teknologi jaringan dan perkembangan internet, sangatlah dimungkinkan penerapan teknologi ini di berbagai bidang termasuk di bidang pendidikan atau pelatihan.
Di masa datang penerapan teknologi internet di bidang pendidikan dan latihan akan sangat dibutuhkan dalam rangka peningkatan kualitas dan pemerataan layanan pendidikan, terutama di Indonesia yang wilayahnya tersebar di berbagai daerah yang sangat berjauhan. Sehingga diperlukan solusi yang tepat dan cepat dalam mengatasi berbagai masalah yang berkaitan dengan mutu pendidikan, serta upaya untuk merealisiasikan pemerataan perolahan layanan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan oleh undang undang.
Dengan adanya aplikasi pendidikan jarak jauh yang berbasiskan komputer dan jaringan (internet, fax, fax-internet dll) maka ketergantungan akan jarak dan waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pendidikan dan latihan akan dapat diatasi, karena semua yang diperlukan akan dapat disediakan secara online sehingga dapat diakses kapan saja.
Pada paper ini dibahas hal-hal yang berkaitan dengan penerapan teknologi internet dan jaringan untuk sebagai suatu bentuk metode pembelajaran, dengan memberikan beberapa informasi mengenai pengertian, kelebihan, kekurangan, serta beberapa contoh metode yang berkaitan dengan sistem pembelajaran berbasis komputer dan jaringan ini.

B. Pengertian Pembelajaran Berbasis Komputer dan Jaringan
1. Pengertian
Pembelajaran elektronik atau e-Learning telah dimulai pada tahun 1970-an (Waller and Wilson, 2001). Konsep Pembelajaran Berbasis Komputer dan Jaringan adalah suatu bentuk model pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi web dan internet, konsep belajar dan mengajar ini sebenarnya bukanlah barang baru, bukan juga ide ataupun pemikiran baru, bahkan sudah berkembang sejak beberapa dasawarsa lalu.
Berbagai istilah digunakan untuk mengemukakan pendapat/gagasan tentang pembelajaran elektronik, antara lain adalah: on-line learning, internet-enabled learning, virtual learning, atau web-based learning. web based distance education, e-Learning, web based teaching and learning. Yang perkembangannya pada dunia pendidikan formal baru terjadi pada akhir 90 an.
Secara global Konsep Pembelajaran Berbasis Komputer dan Jaringan seringkali diartikan hanya sebagai e-Learning atau Distance Learning. Perkembangan Konsep E-Learning ini ditandai dengan munculnya situs-situs yang melayani proses belajar mengajar dengan berbasiskan komputer dan jaringan sejak era 15 tahun yang lalu di seluruh pelosok Internet dari yang gratis maupun yang komersial. Dunia pendidikan Kanada misalnya bahkan telah mulai mengaplikasikan sistem ini pada dunia pendidikannya, demikian juga di Amerika muncul komunitas komunitas situs e-Learning yang bersifat terbuka untuk diakses siapa saja, sedangkan di dalam negeri pembelajaran menggunakan konsep ini sepertinya masih terbatas diaplikasikan di Perguruan Tinggi, UGM misalnya sejak 1998 telah mulai merintis suatu bentuk konsep pembelajaran yang mereka sebut sebagai Student Internet Center, yang memungkinkan mahasiswa bisa secara aktif mendalami pemahamannya terhadap materi perkuliahan, (Student Active Learner – bukan Teacher Active Learner)
Dari ilustrasi yang disadur dari Newsletter of ODLQC, 2001 sebagaimana tercantum pada bagian awal tersebut di atas, setidak-tidaknya dapat ditarik 3 (tiga) hal penting sebagai persyaratan kegiatan belajar elektronik (e-Learning), yaitu:
a. Kegiatan pembelajaran dilakukan melalui pemanfaatan jaringan (“jaringan” dalam uraian ini dibatasi pada penggunaan internet. Jaringan dapat saja mencakup LAN atau WAN - dalam bentuk Website eLearners.com)
b. Tersedianya dukungan layanan belajar yang dapat dimanfaatkan oleh peserta belajar, misalnya CD-ROM, atau bahan cetak, dan
c. Tersedianya dukungan layanan tutor yang dapat membantu peserta belajar apabila mengalami kesulitan.
Di samping ketiga persyaratan tersebut di atas masih dapat ditambahkan persyaratan lainnya, seperti adanya:
d. Lembaga yang menyelenggarakan/mengelola kegiatan e-Learning
e. Sikap positif dari peserta didik dan tenaga kependidikan terhadap teknologi komputer dan internet
f. Rancangan sistem pembelajaran yang dapat dipelajari/diketahui oleh setiap peserta belajar,
g. Sistem evaluasi terhadap kemajuan atau perkembangan belajar peserta belajar, dan
h. Mekanisme umpan balik yang dikembangkan oleh lembaga penyelenggara.
Dengan demikian, secara sederhana dapatlah dikatakan bahwa pembelajaran elektronik (e-Learning) merupakan kegiatan pembelajaran yang memanfaatkan jaringan (Internet, LAN, WAN) sebagai metode penyampaian, interaksi, dan fasilitasi serta didukung oleh berbagai bentuk layanan belajar lainnya (Brown, 2000; Feasey, 2001). Dalam uraian lebih lanjut, istilah “e-Learning”, “online learning” atau “pembelajaran elektronik” akan digunakan secara bergantian namun tetap dengan pengertian yang sama seperti yang telah dikemukakan.
2. Fungsi Pembelajaran Berbasis Komputer dan Jaringan
Setidaknya ada 3 (tiga) fungsi pembelajaran Berbasis Komputer dan Jaringan terhadap kegiatan pembelajaran di dalam kelas (classroom instruction), yaitu sebagai suplement yang sifatnya pilihan/opsional, pelengkap (complement), atau pengganti (substitution) (Siahaan, 2002).
(1) Tambahan (suplement)
Dikatakan berfungsi sebagai tambahan (supplement), apabila peserta didik mempunyai kebebasan memilih, apakah akan memanfaatkan materi pembelajaran elektronik atau tidak. Dalam hal ini, tidak ada kewajiban/keharusan bagi peserta didik untuk mengakses materi pembelajaran elektronik. Sekalipun sifatnya opsional, peserta didik yang memanfaatkannya tentu akan memiliki tambahan pengetahuan atau wawasan.
(2) Pelengkap (complement)
Dikatakan berfungsi sebagai pelengkap (complement) apabila materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk melengkapi materi pembelajaran yang diterima siswa di dalam kelas (Lewis, 2002). Sebagai pelengkap berarti materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk menjadi materi pengayaan (reinforcement) atau perbaikan (remedial) bagi peserta didik di dalam mengikuti kegiatan pembelajaran konvensional.
Materi pembelajaran elektronik dikatakan sebagai enrichment, apabila kepada peserta didik yang dapat dengan cepat menguasai/memahami materi pelajaran yang disampaikan guru secara tatap muka (fast learners) diberikan kesempatan untuk mengakses materi pembelajaran elektronik yang memang secara khusus dikembangkan untuk mereka. Tujuannya agar semakin memantapkan tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran yang disajikan guru di dalam kelas.
Dikatakan sebagai program remedial, apabila kepada peserta didik yang mengalami kesulitan memahami materi pelajaran yang disajikan guru secara tatap muka di kelas (slow learners) diberikan kesempatan untuk memanfaatkan materi pembelajaran elektronik yang memang secara khusus dirancang untuk mereka. Tujuannya agar peserta didik semakin lebih mudah memahami materi pelajaran yang disajikan guru di kelas.
(3) Pengganti (substitution)
Beberapa sekolah/ perguruan tinggi di negara-negara maju memberikan beberapa alternatif model kegiatan pembelajaran/perkuliahan kepada para peserta didiknya. Tujuannya agar para peserta didik dapat secara fleksibel mengelola kegiatan perkuliahannya sesuai dengan waktu dan aktivitas lain sehari-hari mahasiswa. Ada 3 alternatif model kegiatan pembelajaran yang dapat dipilih peserta didik, yaitu:
a. Sepenuhnya secara tatap muka (konvensional)
b. Sebagian secara tatap muka dan sebagian lagi melalui internet, atau bahkan
c. Sepenuhnya melalui internet.
Alternatif model pembelajaran mana pun yang akan dipilih mahasiswa tidak menjadi masalah dalam penilaian. Karena ketiga model penyajian materi perkuliahan mendapatkan pengakuan atau penilaian yang sama. Jika peserta didik dapat menyelesaikan program perkuliahannya dan lulus melalui cara konvensional atau sepenuhnya melalui internet, atau bahkan melalui perpaduan kedua model ini, maka institusi penyelenggara pendidikan akan memberikan pengakuan yang sama. Keadaan yang sangat fleksibel ini dinilai sangat membantu mahasiswa untuk mempercepat penyelesaian perkuliahannya.
C. Bagaimana E-Learning Dilaksanakan
Konsep pembelajaran dengan menggunakan Komputer dan Jaringan memungkinkan proses pengembangan pengetahuan tidak hanya terjadi di dalam ruangan kelas saja dimana guru secara terpusat memberikan pelajaran secara searah, tetapi dengan bantuan peralatan komputer dan jaringan, para siswa dapat secara aktif dilibatkan dalam proses belajar-mengajar.
Mereka bisa terus berkomunikasi dengan sesamanya kapan dan dimana saja dengan cara akses ke sistem yang tersedia secara online. Sistem seperti ini tidak saja akan menambah pengetahuan seluruh siswa, akan tetapi juga akan turut membantu meringankan beban guru dalam proses belajar-mengajar, karena dalam sistem ini beberapa fungsi guru dapat diambil alih dalam suatu program komputer.
Disamping itu, hasil dari proses dan hasil dari belajar-mengajar bisa disimpan datanya di dalam bentuk database, yang bisa dimanfaatkan untuk mengulang kembali proses belajar-mengajar yang lalu sebagai rujukan, sehingga bisa dihasilkan sajian materi pelajaran yang lebih baik lagi.
Sebagai bagian dari perkembangan e-Learning, Web merupakan salah satu teknologi internet yang telah berkembang sejak lama dan yang paling umum dipakai dalam pelaksanaan pendidikan dan latihan jarak jauh (e-Learning) tersebut.
Secara umum aplikasi komunikasi di internet terbagi menjadi 2 jenis, yaitu sebagai berikut:
a. Synchronous System
Aplikasi yang berjalan secara real time dimana seluruh pemakai bisa berkomunikasi pada waktu yang sama, contohnya: chatting, video conference, dsb.
b. Asynchronous System
Aplikasi yang tidak bergantung pada waktu dimana seluruh pemakai bisa mengakses ke sistem dan melakukan komunikasi antar mereka disesuaikan dengan waktunya masing-masing, contohnya: e-mail, dsb.
Di Indonesia, kalaupun perkembangan pemanfaat konsep ini terbilang berjalan lamban, Dengan fasilitas jaringan yang dimiliki oleh berbagai lembaga pendidikan atau institusi di Indonesia baik intranet maupun internet, sebenarnya sudah sangat mungkin untuk diterapkannya sistem pendukung e-Learning berbasis Web dengan menggunakan sistem synchronous atau asynchronous, secara mandiri atau digabungkan, walaupun pada dasarnya kedua sistem diatas biasanya digabungkan untuk menghasilkan suatu sistem yang lebih efektif karena masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangannya.
Dibeberapa negara yang sudah maju dengan kondisi infrastruktur jaringan kecepatan tinggi akan sangat memungkinkan penerapan teknologi multimedia secara real time seperti video conference untuk kepentingan aplikasi e-Learning, tetapi untuk kondisi umum di Indonesia dimana infrastruktur jaringannya masih relatif terbatas akan mengalami hambatan dan menjadi tidak efektif. Namun demikian walaupun tanpa teknologi multimedia tersebut, sebenarnya dengan kondisi jaringan internet yang ada sekarang di Indonesia sangat memungkinkan, terutama dengan menggunakan sistem asynchronous ataupun dengan menggunakan sistem synchronous seperti chatting yang disesuaikan dengan sistem pendukung pendidikan yang akan dikembangkan.
Beberapa di antara institusi penyelenggara e-Learning dapat dikemukakan sebagai berikut:
University of Phoenix Online merupakan universitas virtual yang paling sukses di Amerika Serikat. University of Phoenix Online ini mempunyai 37.569 mahasiswa dari 78.700 mahasiswa keseluruhan, 38 kampus, dan 78 pusat-pusat kegiatan belajar yang tersebar di Amerika Serikat, Kanada, dan Puerto Rico. Di samping itu, Universitas ini telah meluluskan 10.000 mahasiswa sedangkan Universitas Virtual swasta lainnya di Amerika hanya mampu meluluskan jauh di bawahnya (Pethokoukis, 2002).
Jones International University merupakan salah satu perguruan tinggi yang juga tercatat berhasil dalam menyelenggarakan e-Learning. Universitas ini mempunyai 6,000 mahasiswa yang belajar secara online (Pethokoukis, 2002).
United Kingdom Open University (UKOU) merupakan universitas terbesar penyelenggara kegiatan pembelajaran elektronik di dunia dengan 215,000 mahasiswa (Daniel, 2000).
The College of Business at the University of Tennesse memulai perkuliahan khusus secara e-Learning kepada 400 dokter yang bekerja di ruang gawat darurat di seluruh negara bagian Amerika Serikat dan di 11 negara lainnya. Perguruan tinggi yang menyelenggarakan program setahun untuk MBA bagi para dokter dengan menggunakan e-Learning dan tatap muka.
Universiti Tun Abdul Razak (UNITAR) merupakan universitas yang pertama di Malaysia maupun di kawasan Asia Tenggara yang menyajikan perkuliahan secara elektronik (e-Learning). Perkuliahan elektronik ini mulai diselenggarakan oleh UNITAR pada tahun 1998 (Alhabshi, 2002).
Universitas Terbuka (UT) telah melaksanakan ujicoba penyelenggaraan Tutorial Elektronik (Tutel) pada tahun 1999 bagi para mahasiswanya. Alasan dilakukannya ujicoba tutorial elektronik ini adalah sesuai dengan kebutuhan mahasiswa untuk membantu mereka memecahkan kesulitan yang dihadapi selama belajar mandiri (Anggoro, 2001).
Universitas Gajah Mada (UGM) telah memulai mempersiapkan kegiatan pembelajaran yang memanfaatkan internet untuk program pascasarjana di bidang pengelolaan rumah sakit dan pengelolaan layanan kesehatan pada tahun 1996 (Prabandari dkk., 1998).
Florida Virtual School merupakan salah satu dari Sekolah Menengah di Amerika Serikat yang telah berkembang pesat dalam penyelenggaraan pembelajaran elektronik. Pada tahun kelima, Sekolah Menegah ini menerima 3.505 siswa dengan mempekerjakan sekitar 41 guru secara penuh waktu dan 27 guru lainnya secara paruh waktu. Yang menjadi motto sekolah adalah "kapan saja, di mana saja, melalui jalur mana saja, dengan kecepatan apapun." (Wildavsky, 2001).
Tugas-tugas otomatisasi yang dapat dilakukan dengan memanfaatkan koneksi ini adalah:

(a). Pemasukan informasi pengumuman oleh pengajar
(b). Pengiriman file-file tugas kuliah (file uploading)
(c). Autentifikasi pengguna situs web

D. Beberapa Model Penyelenggaraan E Learning
Sebagaimana dijelaskan diatas, bahwa e-Learning memungkinkan pembelajaran tidak hanya berlangsung secara formal dikelas, tetapi dengan bantuan peralatan komputer dan jaringan, para siswa dapat secara aktif dilibatkan dalam proses belajar-mengajar, dalam suatu bentuk sistem pembelajaran jarak jauh tanpa terkendala oleh kondisi geografis, ruang dan waktu, berikut ini di paparkan 2 model dari banyak model penyelenggaraan e-Learning dalam pembelajaran :
1. Model e-Learning tutorial
Model ini telah diaplikasikan oleh Universitas Terbuka Online, berdasarkan jenis aplikasi komunikasi yang di dilakukan dapat di bagi lagi menjadi dua, yaitu (a). Tutorial e-Learning dengan memanfaatkan aplikasi e-mail internet dan (b). Tutorial dengan memanfaatkan aplikasi fax-internet.
a. Bimbingan belajar elektronik memanfaatkan aplikasi email Internet.
Sistem belajar berbasis Internet yang dapat dikembangkan dapat berupa suatu sistem yang memanfaatkan aplikasi Internet yang bernama mailing-list. Pada tutorial via Internet ini pengajar akan membahas materi atau tugas secara tertulis dan kemudian tulisan tersebut didistribusikan pada seluruh mahasiswa melalui email. Untuk kemudian, ketika mahasiswa membuka Internet dan memeriksa surat elektronik/ emailnya, maka mereka dapat membaca tulisan pengajar serta memberi jawaban, komentar ataupun mengajukan pertanyaan terhadap tugas yang diberikan
b. Tutorial Elektronik via Fax-Internet
Integrasi Fax-Internet dalam sistem bimbingan belajar via Internet ini akan memperluas titik akses bagi peserta didik. Dalam konsep tutorial Fax-Internet, peserta didik mengirim atau menerima pesan melalui fax dan pengajar/ guru akan menerima atau mengirim balasan surat tersebut melalui email. Ketika menerima fax dari peserta didik, pengajar atau guru menerima fax tersebut dalam bentuk attachment (lampiran) pada surat elektronik
2. Model Computer Supported Collaboration Learning
Collaboration didefinisikan sebagai kerjasama antar peserta dalam rangka mencapai tujuan bersama. Collaboration tidak hanya sekedar menempatkan para peserta ke dalam kelompok-kelompok studi, tetapi diatur pula bagaimana mengkoordinasikan mereka supaya bisa bekerjasama dalam studi.
Saat ini penelitian di bidang kolaborasi melalui internet dikenal dengan istilah CSCL (Computer Supported Collaborative Learning), dimana pada prinsipnya CSCL berusaha untuk mengoptimalkan pengetahuan yang dimiliki oleh para peserta dalam bentuk kerjasama dalam pemecahan masalah. Kenyataannya kolaborasi antar peserta cenderung lebih mudah dibandingkan dengan kolaborasi antara peserta dengan guru.
Pemakai terdiri dari siswa dan guru yang membimbing, dimana siswa itu sendiri terbagi menjadi siswa dan siswa lain yang bertindak sebagai collaborator selama proses belajar. Para peserta saling berkolaborasi dengan tool yang tersedia melalui jaringan intranet atau internet, dimana guru mengarahkan jalannya kolaborasi supaya mencapai tujuan yang di inginkan, sebagaimana yang diharapkan, untuk melakukan kerjasama antar siswa dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan materi pelajaran. Kolaborasi ini bisa diwujudkan dalam bentuk diskusi atau tanya-jawab dengan memanfaatkan fasilitas internet yang umum dipakai misalnya: e-mail, chatting, dikembangkan sesuai dengan kebutuhan aplikasi yang akan dibuat.
Gambar berikut menunjukkan konsep e-Learning dengan metoda CSCL, yang terdiri dari pemakai dan tool yang digunakan.







Gambar 1: Metode CSCL (dari Pusat Penelitian Informatika – LIPI)
Dalam pelaksanaan sistem e-Learning, kolaborasi antar siswa akan menjadi faktor yang essensial, terutama pada sistem asynchronous dimana para siswa tidak secara langsung bisa mengetahui kondisi siswa lain, sehingga seandainya terjadi masalah dalam memahami makalah yang disediakan, akan terjadi kecenderungan untuk gagal mengikutinya dikarenakan kurangnya komunikasi antar siswa, sehingga timbul kecenderungan terperangkap pada kondisi standstill, sehingga menyebabkan hasil yang tidak diharapkan.
Ada 5 hal essensial yang harus diperhatikan dalam menjalankan kolaborasi lewat internet, yaitu sebagai berikut :
a. Clear, positive interdependence among students (Jelas/bersih,hal positif interdependece antar para siswa)
b. Regular group self-evaluation (evaluasi diri kelompok secara reguler)
c. Interpersonal behaviors that promote each member’slearning and success (perilaku hubungan antar pribadi yangmempromosikan masing-masing sukses dan pelajaran anggota)
d. Individual accountability and personal responsibility (tanggung-jawab individu dan tanggung jawab pribadi)
e. Frequent use of appropriate interpersonal and small groupsocial skills (penggunaan yang sering dari kelompokkecil dan hubungan antar pribadi sesuai ketrampilan sosial)
Dalam proses kolaborasi antar siswa, guru bisa saja terlibat didalamnya secara tidak langsung, dalam rangka membantu proses kolaborasi dengan cara memberikan arahan berupa message untuk memecahkan masalah. Sehingga diharapkan proses kolaborasi menjadi lebih lancar.
Beberapa perangkat yang diperlukan untuk menjalankan metode CSCL adalah: Database, untuk menyimpan materi pelajaran dan record-record yang berkaitan dengan proses belajar-mengajar khususnya proses kolaborasi. Web Server, merupakan bagian mengatur akses ke sistem dan mengatur tampilan yang diperlukan dalam proses pendidikan. Termasuk pula pengaturan keamanan sistem. Pengembang aplikasi seperti ini bisa dilakukan dengan menggunakan software sebagai berikut :
Platform Open Source Linux
Web Server Apache+Tomcat
Programming Java
Script Java Server Page
Database MySQL / Postgress
Frame Work Struts
Development Tool Eclipse










Keuntungan menggunakan software diatas yaitu seluruhnya merupakan Open Source yang bisa di download secara gratis dari web site masing-masing, sehingga dalam implementasinya bisa ditekan biaya serendah mungkin, tanpa mengurangi realibilitas sistem itu sendiri. Keuntungan lainnya yaitu untuk akses ke sistem seperti ini tidak tergantung pada suatu platform operating system.
Oleh karena itu, dengan penerapan berbagai Software Open Source seperti ini, diharapkan akan dicapai suatu sistem e-Learning yang aman, terpercaya, performance tinggi, multiplatform, dan biaya rendah.

E. Keuntungan Memanfaatkan Pembelajaran Berbasis Komputer dan Jaringan
E-Learning mempermudah interaksi antara peserta didik dengan bahan/materi pelajaran. Demikian juga interaksi antara peserta didik dengan dosen/guru/instruktur maupun antara sesama peserta didik. Peserta didik dapat saling berbagi informasi atau pendapat mengenai berbagai hal yang menyangkut pelajaran ataupun kebutuhan pengembangan diri peserta didik. Guru atau instruktur dapat menempatkan bahan-bahan belajar dan tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik di tempat tertentu di dalam web untuk diakses oleh para peserta didik. Sesuai dengan kebutuhan, guru/instruktur dapat pula memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengakses bahan belajar tertentu maupun soal-soal ujian yang hanya dapat diakses oleh peserta didik sekali saja dan dalam rentangan waktu tertentu pula (Website Kudos, 2002).
Secara lebih rinci, manfaat e-Learning dapat dilihat dari 2 sudut, yaitu dari sudut peserta didik dan guru:

(1) Dari Sudut Peserta Didik
Dengan kegiatan e-Learning dimungkinkan berkembangnya fleksibilitas belajar yang tinggi. Artinya, peserta didik dapat mengakses bahan-bahan belajar setiap saat dan berulang-ulang. Peserta didik juga dapat berkomunikasi dengan guru/dosen setiap saat. Dengan kondisi yang demikian ini, peserta didik dapat lebih memantapkan penguasaannya terhadap materi pembelajaran.
Manakala fasilitas infrastruktur tidak hanya tersedia di daerah perkotaan tetapi telah menjangkau daerah kecamatan dan pedesaan, maka kegiatan e-Learning akan memberikan manfaat (Brown, 2000) kepada peserta didik yang (1) belajar di sekolah-sekolah kecil di daerah-daerah miskin untuk mengikuti mata pelajaran tertentu yang tidak dapat diberikan oleh sekolahnya, (2) mengikuti program pendidikan keluarga di rumah (home schoolers) untuk mempelajarii materi pembelajaran yang tidak dapat diajarkan oleh para orangtuanya, seperti bahasa asing dan keterampilan di bidang komputer, (3) merasa phobia dengan sekolah, atau peserta didik yang dirawat di rumah sakit maupun di rumah, yang putus sekolah tetapi berminat melanjutkan pendidikannya, yang dikeluarkan oleh sekolah, maupun peserta didik yang berada di berbagai daerah atau bahkan yang berada di luar negeri, dan (4) tidak tertampung di sekolah konvensional untuk mendapatkan pendidikan.

(2) Dari Sudut Guru/Dosen
Dengan adanya kegiatan e-Learning (Soekartawi, 2002a,b), beberapa manfaat yang diperoleh guru/dosen/instruktur antara lain adalah bahwa guru/dosen/ instruktur dapat: (1) lebih mudah melakukan pemutakhiran bahan-bahan belajar yang menjadi tanggung-jawabnya sesuai dengan tuntutan perkembangan keilmuan yang terjadi, (2) mengembangkan diri atau melakukan penelitian guna peningkatan wawasannya karena waktu luang yang dimiliki relatif lebih banyak, (3) mengontrol kegiatan belajar peserta didik. Bahkan guru/dosen/instruktur juga dapat mengetahui kapan peserta didiknya belajar, topik apa yang dipelajari, berapa lama sesuatu topik dipelajari, serta berapa kali topik tertentu dipelajari ulang, (4) mengecek apakah peserta didik telah mengerjakan soal-soal latihan setelah mempelajari topik tertentu, dan (5) memeriksa jawaban peserta didik dan memberitahukan hasilnya kepada peserta didik.
Sedangkan manfaat pembelajaran elektronik menurut A. W. Bates (Bates, 1995) dan K. Wulf (Wulf, 1996) terdiri atas 4 hal, yaitu:
(1) Meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan guru atau instruktur (enhance interactivity).
Apabila dirancang secara cermat, pembelajaran elektronik dapat meningkatkan kadar interaksi pembelajaran, baik antara peserta didik dengan guru/instruktur, antara sesama peserta didik, maupun antara peserta didik dengan bahan belajar (enhance interactivity). Berbeda halnya dengan pembelajaran yang bersifat konvensional. Tidak semua peserta didik dalam kegiatan pembelajaran konvensional dapat, berani atau mempunyai kesempatan untuk mengajukan pertanyaan ataupun menyampaikan pendapatnya di dalam diskusi. Mengapa?
Karena pada pembelajaran yang bersifat konvensional, kesempatan yang ada atau yang disediakan dosen/guru/instruktur untuk berdiskusi atau bertanya jawab sangat terbatas. Biasanya kesempatan yang terbatas ini juga cenderung didominasi oleh beberapa peserta didik yang cepat tanggap dan berani. Keadaan yang demikian ini tidak akan terjadi pada pembelajaran elektronik. Peserta didik yang malu maupun yang ragu-ragu atau kurang berani mempunyai peluang yang luas untuk mengajukan pertanyaan maupun menyampaikan pernyataan/pendapat tanpa merasa diawasi atau mendapat tekanan dari teman sekelas (Loftus, 2001).
(2) Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran dari mana dan kapan saja (time and place flexibility).
Mengingat sumber belajar yang sudah dikemas secara elektronik dan tersedia untuk diakses oleh peserta didik melalui internet, maka peserta didik dapat melakukan interaksi dengan sumber belajar ini kapan saja dan dari mana saja (Dowling, 2002). Demikian juga dengan tugas-tugas kegiatan pembelajaran, dapat diserahkan kepada guru/dosen/instruktur begitu selesai dikerjakan. Tidak perlu menunggu sampai ada janji untuk bertemu dengan guru/instruktur.
Peserta didik tidak terikat ketat dengan waktu dan tempat penyelenggaraan kegiatan pembelajaran sebagaimana halnya pada pendidikan konvensional. Dalam kaitan ini, Universitas Terbuka Inggris telah memanfaatkan internet sebagai metode/media penyajian materi. Sedangkan di Universitas Terbuka Indonesia (UT), penggunaan internet untuk kegiatan pembelajaran telah dikembangkan. Pada tahap awal, penggunaan internet di UT masih terbatas untuk kegiatan tutorial saja atau yang disebut sebagai “tutorial elektronik” (Anggoro, 2001).
(3) Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (potential to reach a global audience).
Dengan fleksibilitas waktu dan tempat, maka jumlah peserta didik yang dapat dijangkau melalui kegiatan pembelajaran elektronik semakin lebih banyak atau meluas. Ruang dan tempat serta waktu tidak lagi menjadi hambatan. Siapa saja, di mana saja, dan kapan saja, seseorang dapat belajar. Interaksi dengan sumber belajar dilakukan melalui internet. Kesempatan belajar benar-benar terbuka lebar bagi siapa saja yang membutuhkan.

(4) Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran (easy updating of content as well as archivable capabilities).
Fasilitas yang tersedia dalam teknologi internet dan berbagai perangkat lunak yang terus berkembang turut membantu mempermudah pengembangan bahan belajar elektronik. Demikian juga dengan penyempurnaan atau pemutakhiran bahan belajar sesuai dengan tuntutan perkembangan materi keilmuannya dapat dilakukan secara periodik dan mudah. Di samping itu, penyempurnaan metode penyajian materi pembelajaran dapat pula dilakukan, baik yang didasarkan atas umpan balik dari peserta didik maupun atas hasil penilaian guru/dosen/ instruktur selaku penanggung-jawab atau pembina materi pembelajaran itu sendiri.
Pengetahuan dan keterampilan untuk pengembangan bahan belajar elektronik ini perlu dikuasai terlebih dahulu oleh guru/dosen/instruktur yang akan mengembangkan bahan belajar elektronik. Demikian juga dengan pengelolaan kegiatan pembelajarannya sendiri. Harus ada komitmen dari guru/dosen/ instruktur yang akan memantau perkembangan kegiatan belajar peserta didiknya dan sekaligus secara teratur memotivasi peserta didiknya, kegiatan ini sebenarnya bermuara pada upaya untuk tetap mengendalikan kualitas proses itu sendiri

F. Penutup
Jika jaringan komputer antara para pserta didik sekolah dasar dan menengah dikaitkan pada jaringan komputer yang saat ini telah beroperasi antara berbagai universitas di Indonesia. Para pserta didik tidak hanya berinteraksi dengan para guru tapi juga dapat langsung secara personal berinteraksi para mahasiswa dan dosen perguruan tinggi. Apa yang akan diperoleh dari hubungan ini? jelas bahwa wawasan berfikir para peserta didik akan dibuka lebar-lebar dengan adanya keterbukaan ini. Para peserta didik menjadi tahu mengapa mereka harus bersusah payah mempelajari berbagai mata pelajaran yang selama ini diajarkan. Mengapa Fisika dan Matematika menjadi sangat penting untuk menjadi seorang insinyur elektro dan komputer? Dapat kita harapkan bahwa keterbukaan ini akan memacu para peserta didik untuk belajar dan menambah minatnya dalam berbagai bidang ilmu.
Sejalan dengan hal tersebut pengertian e-Learning atau pembelajaran elektronik sebagai salah satu alternatif kegiatan pembelajaran dilaksanakan melalui pemanfaatan teknologi komputer dan internet. Seseorang yang tidak dapat mengikuti pendidikan konvensional karena berbagai faktor penyebab, misalnya harus bekerja (time constraint), kondisi geografis (geographical constraints), jarak yang jauh (distance constraint), kondisi fisik yang tidak memungkinkan (physical constraints), daya tampung sekolah konvensional yang tidak memungkinkan (limited available seats), phobia terhadap sekolah, putus sekolah, atau karena memang dididik melalui pendidikan keluarga di rumah (home schoolers) dimungkinkan untuk dapat tetap belajar, yaitu melalui e-Learning.
Penyelenggaraan e-Learning sangat ditentukan antara lain oleh: (a) sikap positif peserta didik (motivasi yang tinggi untuk belajar mandiri), (b) sikap positif tenaga kependidikan terhadap teknologi komputer dan internet, (c) ketersediaan fasilitas komputer dan akses ke internet, (d) adanya dukungan layanan belajar, dan (e) biaya akses ke internet yang terjangkau untuk kepentingan pembelajaran/pendidikan.
Perkembangan di berbagai negara memperlihatkan bahwa jumlah pengguna internet terus meningkat; demikian juga halnya dengan jumlah peserta didik yang mengikuti e- Learning dan institusi penyelenggara e-Learning. Fungsi e-Learning dapat sebagai pelengkap atau tambahan, dan pada kondisi tertentu bahkan dapat menjadi alternatif lain dari pembelajaran konvensional. Peserta didik yang mengikuti kegiatan pembelajaran melalui program e-Learning memiliki pengakuan yang sama dengan peserta didik yang mengikuti kegiatan pembelajaran secara konvensional.
Peserta didik maupun dosen/guru/instruktur dapat memperoleh manfaat dari penyelenggaraan e-Learning. Beberapa di antara manfaat e-Learning adalah fleksibilitas kegiatan pembelajaran, baik dalam arti interaksi peserta didik dengan materi/bahan pembelajaran, maupun interaksi peserta didik dengan dosen/guru/ instruktur, serta interaksi antara sesama peserta didik untuk mendiskusikan materi pembelajaran.
Lembaga pendidikan konvensional (universitas, sekolah, lembaga-lembaga pelatihan, atau kursus-kursus yang bersifat kejuruan dan lanjutan) secara ekstensif telah menyelenggarakan perluasan kesempatan belajar bagi ‘target audience’ mereka melalui pemanfaatan teknologi komputer dan internet (Collier, 2002). Seiring dengan hal ini, peserta didik usia sekolah yang mengikuti kegiatan pembelajaran elektronik juga terus meningkat jumlahnya (Gibbon, 2002).
Daftar Pustaka :
1. Mark A. Edwards, Fintan Clear; School of Business and Management, Brunel University Uxbridge, Middlesex, UB8 3PH, United Kingdom; Supporting the Collaborative Learning of Practical Skills with Computer - Mediated Communications Technology, Educational Technology & Society 4(1) 2001, ISSN 1436-4522, (http://ed.gov/database/ERIC)
2. Sudirman Siahaan; E-Learning (Pembelajaran Elektronik) Sebagai Salah Satu Alternatif Kegiatan Pembelajaran, (http://www.Depdiknas.go.id)
3. Mohamad Toha Anggoro, A.P. Hardhono,Tian Belawati, & Tri Darmayanti Tutorial Elektronik Melalui Internet Dan Fax-Internet, Jurnal PTJJ-UT, Volume 1.2., (http://www.ut.ic.id)
4. Uno W. Purbo, Kebangkitan Nasional Kedua Berbasis Teknologi Informasi (http://bebas.vlsm.org/v09/onno-ind-1/application/kebangkitan-nasional-ke-dua- berbasis-teknologi-informasi-05-1.rtf.)
5. Arbyn, E-Learning; Revolusi Pemerataan Pendidikan ,(http://UNGonline.com)
6. Ana Hardiana, Elan Djaelani, Sistem pendukung E-Learning di Web, Pusat Penelitian Informatika - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, (http;///www.LIPI.GO.ID)
7. Phillip Rekdale, Internet dan Pendidikan, (http://Pendidikan.Net)
8. Romi Satria Wahono; Strategi Baru Pengelolaan Situs eLearning Gratis, (http://ilmu komputer. com; romi@satriawahononet)
9. PLN (PERSERO) UDIKLAT BOGOR Mengembangkan Konsep Belajar Tradisional menjadi E-Learning, (e-mail: udiklat1@indosat.net.id)
10. UGM, Pemanfaatan Internet pagi peningkatan belajar, (http://www.mipa.ugm.ac.id/m_elearning/elearning_edisi1.pdf.)

ADMINISTRASI KEUANGAN SEKOLAH

ADMINISTRASI KEUANGAN SEKOLAH


MAKSUD.

Sebagai upaya dalam menciptakan kelancaran dan percepatan pelaksanaan administrasi keuangan Sekolah secara tepat waktu dan tepat sasaran.

TUJUAN

1. Menciptakan pelayanan administrasi keuangan yang tepat waktu
2. Mempermudah pelakasanaan administrasi keuangan bagi para bendaharawan
3. Mempercepat pertanggungjawaban Keuangan (SPJ) dari masing-masing Bendaharawan.
4. Memberikan kemudahan bagi badan / Lemabaga / Dinas satuan kerja dalam mengelola anggaran yang diberikan.
5. Mempercepat proses penyusunan perhitungan APBD.

TATA USAHA BENDAHARAWAN

TATA USAHA : Segenap rangkaian aktivitas yang menghimpun, memcatat, mengolah, menggunakan , mengirim dan menyimpan keterangan-keterangan yang perlu dalam setiap organisasi.

BENDAHARAWAN

Adalah mereka yang ditugaskan untuk menerima, menyimpan, membayar, mengeluarkan/menyerahkan Uang daerah, surat-surat berharga dan barang milik Daerah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah.

TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB BENDAHARAWAN.

1. Menerima, menyimpan dan memelihara serta menyerahkan Uang/barang milik Daerah.
2. Menyelenggarakan tata usaha, baik uang maupun barang milik Daerah secara tertib dan teratur.
3. Mengerjakan buku kas / buku barang dan buku-buku lainnya sesuai dengan ketentuan.
4. Menyusun dokumen / bukti-bukti secara tertib dan teratur
5. Membuat laporan baik secara priodik maupun triwulan.
6. Membuat perhitungan / pertanggung jawaban kepada Kepala Daerah
7. Bendahara bertanggung jawab kepada kepala Daerah mengenai barang / uang yang diurusnya dari kerugian, hilang, rusak akibat kelalaian.


BAB. I PENDAHULUAN.

Sebagai suatu lembaga pendidikan perlu ditingkatkan dan disesuaikan denagan kebutuhan dan perkembangan pembangunan disegala bidang baik segi sarana dan prasarana Pendidikan, fasilitas kerja maupun kesejahtraan yang layak bagi seluruh tenaga Pendidik. Untuk memenuhi sasaran tersebut sangat diperlukan biaya yang cukup dan administrasi yang teretib.

Untuk memenuhi kebutuhan biaya pelaksanaan Pendidikan di Sekolah Pemerintah, Orang Tua dan Masyarakat telah berusaha mencukupi. Namun sejalan dengan hal tersebut perlu adanya perbaikan dan peningkatan Administrasi ketatausahaan keuangan dan mekanisme pengelolaan. Hal ini sejalan dengan PP. No. 27 tahun 1990 Bab IX pasal 15.

Administrasi keuangan dimaksudkan untuk tindakan pengurusan ketatausahaan keuangan yang meliputi pencatatan data, perencanaan, pelaksdanaan, pertanggung jawaban dan pelaporan.

Hal diatas bertujuan untuk menciptakan tertib administrasi Keuangan sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku, sebagai tindak lanjut administrasi keuangan yang tertib dan dapat berfungsi sebagai berikut :

1. Semua data hasil pencatatan keuangan dapat dianalisis/dievaluasi dengan baik.
2. Semua transaksi keuangan yang dilaksanakan disekolah dap[at diketahui dengan jelas.
3. Pengendalian terhadap penggunaan keuangan dalam kegiatan Sekolah dapat dipertanggung jawabkan dan dilakukan dengan baik.
4. Tersedianya bahan penyusunan perencanaan kegiatan Sekolah dan pembiayaan yang diperlukan, Rencana Anggaran pendapatan dan biaya Sekolah ( RAPBS ).
5. Tersedianya bahan penyusunan Laporan.

Biaya Operasional untuk pelaksanaan kegiatan Sekolah bersumber dari Pemerintah dan Masyarakat. Untuk itu dari masing-masing sumber dana perlu Bendaharawan yang harus mempertanggung jawabkan dana tersebut. Tugas dan Fungsi Bendaharawan dipegang pegawai Sekolah yang ditunjuk kepala Sekolah dengan surat Keputusan Dinas Pendidikan Nasional/ Pengurus Yayasan

Dalam pengelolaan administrasi keuangan terdapat asas pemisahan tugas antara fungsi otorisator, ordonator dan bendaharawan.

Otorisator adalah pejabat yang diberi wewenang untuk mengambil tindakan yang mengakibatkan penerimaan/pengeluaran anggaran.
Ordonator adalah adalah pejabat yang berwenang melakukan pengujian dan memerintahkan pembayaran atas segala tindakan yang dilakukan berdasarkan Otorisasi yang telah ditetapkan. Ordonator dibidang pengeluaran adalah pejabat yang diberi wewenang oleh Otorisator untuk memeriksa/menguji tagihan kepada Negara, kemudian memerintahkan pembayaran dan membebankan tegihan tersebut pada mata anggaran.

Bendaharawan adalah pejabat yang berwenang melakukan penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran uang atau surat-surat berharga serta barang didalam gudang atau tempat penyimpanan yang lain yang pengurusannya diwajibkan membuat perhitungan sebagai pertanggung jawaban.

Sebagaimana diketahui Kepala Sekolah sebagai pimpinan kerja berfungsi sebagai Otorisator, disamping itu dilimpahi fungsi Ordonator untuk memerintahkan pembayaran. Sedang bendaharawan dilimpahi fungsi Ordonator untuk menguji hak atas pembayaran.

Kepala Sekolah selaku pimpinan satuan kerja wajib melakukan pengawasan kedalam. Oleh karena itu Kepala sekolah tidak dibenarkan melaksanakan fungsi bendaharawan. Untuk itu ditunjuk salah seorang pegawai atau Guru pada Sekolah agar melaksanakan tugas dan fungsi Bendaharawan.

Bagi Sekolah Negeri penunjukan bendaharawan adalah wewenang Kepala Dinas Pendidikan Nasional sedangkan untuk sekolah Swasta oleh Ketua Yayasan / kepala sekolah yang bersangkutan.


BAB. II. RUANG LINGKUP ADMINISTRASI KEUANGAN SEKOLAH.

PERENCANAAN ANGGARAN TAHUNAN.

Setiap tahun Kepala sekolah bersama-sama dengan Guru menyusun rencana kegiatan tahunan yang berupa rencana anggaran Pendapatan dan belanja sekolah ( RAPBS ).

RAPBS ini membuat program kegiatan sekolah selama satu tahun ajaran berikut sumber biaya dan jumlah biaya yang diperlukan untuk membiayai pelaksanaan Program dalam mencapai sasaran yang ditetapkan. Penyusunan RAPBS dilaksanakan pada bulan April setiap tahun ajaran. Untuk Sekolah Negeri mulai April sampai Maret sedangkan untuk sekolah Swasta mulai Juni sampai Juli tahun berikutnya. Adapun sumber –sumber pembiayaan antara lain :

1. Biaya Rutin Sekolah Negeri melalui Daftar Isian Kegiatan (DIK)
2. Subsidi Pembiayaan Penyelenggaraan untuk Sekolah Swasta.( Jika ada )
3. Bantuan Biaya Dana Operasional Pendidikan (DOP)
4. Bantuan Biaya Operasional Sekolah ( BOS )
5. Sumber Dana Lainnya.

Perencanaan itu ditekankan pada program-program untuk mencapai sasaran/Komponen yang telah ditetapkan dalam subsidi/bantuan Sekolah, pemeliharaan, , alat-alat kegiatan Pendidikan, pengadaan Buku laporan perkembangan anak didik, kesejahtraan Pegawai, supervisi, pembina pengelolaan, pelaporan dan pendataan, serta perencanaan Gaji dan Honorarium Guru/Pegawai.

Anggaran yang diperlukan untuk membiayai kegiatan tahunan tersebut berasal dari Pemerintah dan Masyarakat. Bagian terbesar dari biaya itu berasal dari Pemerintah bagi sekolah Negeri. Agar sasaran dan Program yang telah direncanakan/ditetapkan dapat didukung oleh biaya, maka pada 30 September tahun yang sedang berjalan data yang diperlukan untuk penyusunan rencana anggaran tahunan sudah diterima Dinas P dan K. Setiap awal tahun anggaran Kepala sekolah bersama-sama Guru wajib menyusun rencana penerimaan dan penggunaan subsidi/bantuan untuk satu tahun anggaran.



KETATAUSAHAAN KEUANGAN.

Ketatausahaan keuangan sekolahdiselenggarakan dengan berpedoman pada keputusan Presiden No. 24 tahun 1995 tentang pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional serta Menteri Keuangan.

Setiap transaksi keuangan yang berakibat Penerimaan maupun Pengeluaran/pembayaran Uang wajib dicatat oleh bendaharawan dalam buku yang sudah ditentukan.

Penerimaan dan Pengeluaran Keuangan Sekolah harus dipertanggung jawabkan menurut sumbernya. Penerimaan yang bersumber dari Pemerintah dipertanggungjawabkan kepada Pemerintah sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku. Sedangkan penerimaan yang bersumber dari bantuan Masyarakat dipertanggungjawabkan kepada BP.3 dan dilaporkan kepada Pemerintah.






PERTANGGUNG JAWABAN.

Khusus penerimaan dan Pengeluaran keuangan yang bersumber dari Pemerintah dipertanggungjawabkan menurut tatacara yang sudah ditentukan, yaitu Bendaharawan menyusun Surat pertanggung jawaban (SPJ) dengan cara mengutip buku kas serta dilampiri bukti-bukti pembayaran yang sah, dan harus disetujui oleh atasan langsung. Agar bukti pembayaran yang merupakan lampiran SPJ dapat diterima (sah), harus dipenuhi syarat-syarat dibawah ini :

1. Atas nama jabatan dan tidak diperkenankan atasnama pribadi.
2. Jumlah uang yang tertulis dengan angka dan huruf harus terang dan Jelas demikian pula keterangan dasar pembayaran.
3. Jumlah uang yang ditulis dengan angka sama dengan yang ditulis dengan hurup.
4. Ditandatangani oleh yang berhak dan dibawah tanda tangan harus ditulis nama lengkap dengan jelas.
5. Tidak terdapat coretan, penghapusan dan perubahan tulisan dalam kwitansi.
6. Membuat nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dari yang menerima pembayaran.
7. Telah ada tanda tangan “ SETUJU DIBAYAR’ oleh atasan langsung Bendaharawan
8. Untuk pembelian barang yang mempunyai tanda Identifikasi misalnya ( Merk, nomor mesin, type dsb.) dimuat dalam kwitansi berkenaan dan harus dilampirkan Faktur /berita acara bersangkutan.
9. Pembayaran untuk pembelian Barang ada keterangan bahwa barang diterima dengan baik/lengkap yang dibuat penanggung jawab/Panitia penerima barang/kepala Gudang. Untuk barang inventaris ada keterangan bahwa barang tersebut telah dicatat pada buku/daftar inventaris.
10. Beban mata anggaran yang sesuai.

Pertangung jawaban Dana Bantuan Pembantu Penyelenggara Pendidikan (BP3) sesuai dengan kesepakatan antara sekolah dan Masyarakat dengan Pengurus BP3.


LAPORAN DAN PENGAWASAN.

Laporan semua kegiatan yang dilakukan dalam rangka pelaksanaan tugas pengelolaan keuangan disekolah harus dilaporkan dengan menggunakan tatacara yang ditetapkan.

Format laporan keuangan sekolah merupakan daftar semua jenis penerimaan dan pengeluaran uang, atau yang disamakan dengan uang disampaikan kepada atasan ybs.

Berdasarkan UU perbendaharaan Indonesia sebagaimana telah diubah dan ditambah terahir dengan UU No. 9 tahun 1968, pasal 77 Jo. PP.No.5 tahun 1975 pasal 12 dan 40 bendaharawan wajib mempertanggung jawabkan kenenaran semua penerimaan dan Pengeluaran.
Kepala Sekolah sebagai atasan langsung ikut bertanggung jawab terhadap semua penerimaan dan Pengeluaran yang dilakukan oleh bendaharawan. Agar pertanggungjawaban dapat dilakukan dengan tertib dan abik, maka bendaharawan harus mencatat semua penerimaan dan Pengeluaran dengan rapi dan teratur.
Kegiatan pencatatan pada buku Kas Umum dan buku Kas Pembantu dilaksanakan dengan berpedoman pada :

1. Tahun anggaran yang berlaku dari tanggal 1 Januari sampai tanggal 31 Desember
2. Triwulan yaitu jangka waktu 3 (tiga) bulan anggaran dengan terperinci
Triwulan I meliputi bulan Januari, Pebruari dan Maret.
Triwulan II meliputi bulan April, Mei dan juni
Triwulan III meliputi bulan Juli, agustus dan September
Triwulan IV. Meliputi bulan Oktober, Nopember dan Desember.

Pencatatan Keuangan pada buku Kias Umum dan buku Kas Pembantu dilakukan sepanjang ada transaksi penerimaan dan Pengeluaran Uang, yang terlebih dahulu dibukukan pada buku Kas Umum kemudian dibukukan pada buku Kas Pembantu. Buku Kas Umum dan buku Kas Pembantu ditutup pada akhir bulan, atau sewaktu-waktu bila dianggap perlu, misalnya pada waktu ada pemeriksaan oleh yang berwenang atau pada waktu timbang terima pejabat lama kepada pejabat baru, baik kepala Sekolah maupun Bendaharawan.

Pertanggungjawaban dari semua sumber dana yang dikelola oleh Sekolah untuk membiayai kegiatan yang dilakukan dalam rangka Operasional dan Perawatan Sekolah dilaksanakan dengan menggunakan tata cara sebagaimana diatur dalam petunjuk pelaksanaan masing-masing sumber Dana.

Pengawasan sebagaimana dijelaskan diatas, dapat mempermudah tugas pengawasan baik dalam mencegah terjadinya penyimpangan kebijaksanaan keuangan maupun pemindahan terhadap penyimpangan/penyelewengan. Pengawasan dapat dilakukan oleh Kepala sekolah dan oleh badan lainnya yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku, dalam rangka pengawasan internal kepala sekolah paling sedikit sekali dalam tiga bulan wajib melakukan pemeriksaan dan dibuat berita acara pemeriksaan.


Rincian kegiatan Penggunaan Dana pada RAPBS

I. Anggaran Rutin Sekolah
A. Kegiatan Belajar Mengajar , meliputi :
a) Pembelian alat pembelajaran ( kapur, spidol,pengapus papan tulis,dll )
b) Pembelian bahan pembelajaran ( kertas, karton, tranparan )
c) Pembelian bahan ketrampilan siswa
d) Pembelian bahan praktikum siswa
e) Pembelian bahan evaluasi siswa ( ulangan, semesteran , ujian akhir)
f) Pengadaan administrasi pembelajaran guru
g) Pembelian media pembelajaran
h) Pembelian buku pegangan guru

B. Pemeliharaan ( ruang belajar , gedung sekolah, sarana dan media pembelajaran) , meliputi :
a. Pengecatan ruang belajar
b. Rahab ringan ruang belajar dan kantor
c. Pemeliharaan lingkungan sekolah
d. Pemeliharaan ruang sarana umum sekolah (WC, aula, UKS, Pramuka,dll )
e. Pembelian alat dan bahan kebersihan
f. Pemeliharaan alat ketrampilan dan praktikum
g. Pemeliharaan alat olah raga dan kesenian
h. Pemeliharaan media pembelajaran
i. Pemeliharaan instalasi Listrik, telpon, dan air
j. Pemeliharaan meja kursi siswa dan guru
k. Pemeliharaan buku-buku perpustakaan

C. Jasa , meliputi :
a. Pembayaran rekening listrik sekolah ( untuk sekolah yang belum ada listrik, bisa digunakan untuk pembelian bahan bakar mesin lampu )
b. Pembayaran rekening telpon sekolah
c. Pembayaran rekening PAM atau pembelian air bersih sekolah
Catatan : tidak termasuk rekening listrik,telpon, air bersih rumah dinas guru

D. Tata Usaha , meliputi :
a. Pembelian ATK Tata usaha
b. Biaya administrasi kantor ( prangko, materai, telegram )
c. Cetak surat dan amplop dinas
d. Cetak blangko administrasi siswa ( absensi, raport, buku induk, dll )
e. Cetak blangko administrasi kepegawaian guru dan stap
f. Cetak blangko administrasi sekolah lainnya
g. Langganan surat kabar untuk sekolah
h. Pemeliharaan sarana prasarana tata usaha


E. Sarana Prasarana , meliputi :
a. Pembelian buku perpustakaan
b. Pembelian prasarana kelengkapan kantor dan tata usaha
c. Pembelian alat kesenian dan olah raga siswa
d. Pembelian alat ketrampilan dan praktikum siswa
e. Pembelian sarana prasarana penunjang kegiatan ekstrakurikuler siswa
f. Pembelian prasarana penunjang kelengkapan ruang belajar
g.



F. Transportasi guru kunjung , meliputi :
a. Transportasi guru kunjung SLTP terbuka
b. Transportasi guru kunjung SD Filial

G. Honor guru kunjung , meliputi :
a. Honor guru kunjung SLTP terbuka
b. Honor guru kunjung SD Filial


II. Dana subsidi sekolah Negeri :
A. Operasional Sekolah
1) Operasional Kepala Sekolah
2) Operasional Wakil Kepala Sekolah
3) Operasional Pembantu Bendaharawan Sekolah
4) Operasional Koordinator Kurikulum dan Humas
5) Operasional Koordinator Kesiswaan dan Sarana Prasarana
6) Operasional Koordinator BP
7) Operasional Wali kelas
8) Operasional Pembina OSIS / UKS
9) Operasional Pembina Pramuka
10) Operasional Pembina Olah raga
11) Tunjangan Tenaga Tidak tetap
a) Guru
b) Pustakawan
c) Tata Usaha
d) Pesuruh / tukang kebun
e) Penjaga malam
12) Biaya snak + minum pegawai
13) Operasional Kegiatan / Kepanitiaan Hari besar Agama / Nasional :
a) Ketua
b) Sekretaris
c) Anggota ( maksimal 5 orang )
14) Honor Jam mengajar
15) Rapat dinas
16) Operasional Lab.Bahasa
17) Operasional Lab.Komputer
18) Operasional Lab.Bahasa

B. Ekstrakurikuler
1) Biaya pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler
a) Olah raga
b) Kesenian
c) Pramuka
d) Akademik
2) Biaya kegiatan OSIS
3) Biaya mengikuti lomba akademik dan prestasi
4) Biaya pelaksanaan peringatan hari besar Nasional / Agama

C. Pengembangan Mutu
1) Remedial
2) Pengayaan
3) Tryout
4) Bimbingan belajar persiapan UAS
5) Pengembangan inovasi pengajaran

Diabetes Mellitus

DIABETES MELLITUS / KENCING MANIS

A. Pengertian Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus (dari kata Yunani διαβαίνειν, diabaínein, "tembus" atau "pancuran air", dan kata Latin mellitus, "rasa manis”. Diabetes Mellitus itu sendiri didefinisikan sebagai penyakit dimana tubuh penderita tidak bisa secara otomatis mengendalikan tingkat gula (glukosa) dalam darahnya, di mana kadar gula di dalam darah lebih tinggi dari biasa/normal. (Normal: 60 mg/dl sampai dengan 145 mg/dl); ini disebabkan tidak dapatnya gula memasuki sel-sel .
Diabetes merupakan gangguan metabolisme (metabolic syndrome) sehingga terjadi kelebihan gula yang kronis di dalam darah (hiperglikemia) ini menjadi racun bagi tubuh. Sebagian glukosa yang tertahan di dalam darah itu melimpah ke sistem urine untuk dibuang melalui urine. Air kencing penderita diabetes yang mengandung gula dalam kadar tinggi tersebut menarik bagi semut, karena itulah diabetes disebut juga gejala kencing manis.

B. Penyebab Diabetes Mellitus
Pada tubuh yang sehat, pankreas melepas hormon insulin yang bertugas mengangkut gula melalui darah ke otot-otot dan jaringan lain untuk memasok energi, dalam kasus normal, setiap orang membutuhkan glukosa atau zat gula untuk kesehatannya, karena organ vital kita membutuhkannya sebagai sumber energi, yang nantinya dibakar oleh oksigen, terutama otak, yang sepenuhnya tergantung pada pasokan gula dan oksigen untuk bisa bekerja dengan baik
Pada penderita diabetes mellitus tidak bisa memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup atau tubuh tidak mampu menggunakan insulin secara efektif (insulin resistance), sehingga terjadi kelebihan gula di dalam tubuh. Di saat jaringan tubuh kekurangan pasokan glukosa karena terhambat di pembuluh darah, muncullah gejala kelelahan, lapar gula, dan perasaan mudah tersinggung. Sedangkan gula yang menumpuk banyak di dalam pembuluh darah akan membuat darah menjadi kental dan alirannya melambat, sehingga mengakibatkan gangguan pada pasokan oksigen yang dibawa oleh darah. Padahal untuk bisa bekerja secara optimal, tubuh membutuhkan oksigen yang cukup untuk membakar gula menjadi energi. Akibat kekurangan oksigen tersebut, tubuh kehilangan tenaga dengan munculnya gejala kelelahan, perubahan suasana hati, sakit kepala, dan jantung bekerja lebih keras (berdebar-debar).
Penyebab utama diabetes mellitus di era globalisasi adalah adanya perubahan gaya hidup (pola makan yang tidak seimbang, kurang aktivitas fisik). Selain itu, adanya stress, kelainan genetika, usia yang semakin lama semakin tua dapat pula menjadi salah satu faktor penyebab timbulnya penyakit diabetes.
Selain penyebab diatas, ada beberapa factor yang dapat mempertinggi risiko sesorang akan menderita diabetes mellitus, antara lain :
1. Kelainan Genetika ,
Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap diabetes, arena kelainan gen yang mengakibatkan tubuh tak dapat menghasilkan insulin dengan baik. Selain itu, faktor resiko lainnya yaitu faktor kelebihan berat badan , stress , dan kurang bergerak.
2. Usia
Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologi yang secara drastis menurun dengan cepat setelah usia 40 tahun. Diabetes sering muncul setelah seseorang memasuki usia rawan tersebut, terutama setelah usia 45 tahun dan pada mereka yang berat badannya berlebih sehingga tubuhnya tidak peka terhadap insulin.
3. Gaya hidup stres,
Stres kronis yang cenderung membuat seseorang mencari makanan yang manis-manis dan berlemak tinggi untuk meningkatkan kadar lemak seretonin otak. Seretonin ini mempunyai efek penenang sementara untuk meredakan stresnya. Tetapi gula dan lemak itulah yang berbahaya bagi mereka yang berisiko kena diabetes.
4. Pola makan yang salah,
Kurang gizi atau kelebihan berat badan sama-sama meningkatkan risiko kena diabetes. Kurang gizi (malnutrisi) dapat merusak pankreas, sedangkan obesitas (gemuk berlebih) mengakibatkan gangguan kerja insulin (retensi insulin).
Kurang gizi dapat terjadi selama kehamilan, masa anak-anak, dan pada usia dewasa akibat diet ketat berlebih. Sedangkan kurang gizi pada janin mungkin terjadi karena ibunya merokok atau mengkonsumsi alcohol selama hamilnya.
Sebaliknya, obesitas bukan karena makanan yang manis atau kaya lemak, tetapi lebih disebabkan jumlah konsumsi yang terlalu banyak, sehingga cadangan gula darah yang disimpan di dalam tubuh sangat berlebihan.

C. Gejala-Gejala Diabetes Mellitus
Ada beberapa keluhan yang sangat dikenali sejak jaman dahulu kala dan dianggap sebagai keluhan yang khas dari tanda-tanda diabetes mellitus atau penyakit kencing manis, yaitu :
1. Buang air kecil yang berlebihan dengan volume besar(poliuria),
Jika kadar gula darah sampai diatas 160-180 mg/dL, maka glukosa akan sampai ke air kemih. Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan membuang air tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang. Karena ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah yang berlebihan, maka penderita sering berkemih dalam jumlah yang banyak (poliuri).
2.Rasa haus yang berlebihan (polidipsia),
Akibat poliuri maka penderita merasakan haus yang berlebihan sehingga banyak minum (polidipsi).
3.Banyak makan (polifagia) ,
Sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih, penderita mengalami penurunan berat badan. Untuk mengkompensasikan hal ini penderita seringkali merasakan lapar yang luar biasa sehingga banyak makan
4.Selalu merasa lelah/kekurangan energi
5.Infeksi di kulit
6.Penglihatan menjadi kabur (retinopati )
7.Turunnya berat badan (pada sebagian penderita)
8.Hyperglaisimia (Peningkatan abnormal kandungan gula dalam darah)
9.Glaikosuria (glukosa dalam urine - air kencing)

Selain keluhan-keluhan di atas, masih banyak keluhan (yang sebenarnya tidak spesifik) yang dihubungkan dengan penyakit kencing manis, misalnya :
1. sering bisulan,
2. gatal-gatal pada kulit dan kemaluan,
3. keputihan,
4. kesemutan dan lain-lain.

D. Type-Type Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus sampai saat ini dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :
1.Type I atau disebut IDDM (insulin dependent diabetes mellitus ) atau diabetes yang bergantung pada insulin sering juga disebut diabetes anak-anak.
Seseorang dikatakan Diabetes type I, jika tubuh perlu pasokan insulin dari luar. Hal ini disebabkan karena sel-sel beta dari pulau-pulau Langerhans telah mengalami kerusakan, sehingga pancreas berhenti memproduksi insulin. Kerusakan sel beta tersebut dapat terjadi sejak kecil ataupun setelah dewasa.
Gejala diabetes type I muncul secara tiba-tiba pada saat usia anak-anak (di bawah 20 tahun), sebagai akibat dari adanya kelainan genetika, sehingga tubuh tidak dapat memproduksi insulin dengan baik.
Gejala-gejala diabetes tipe I, antara lain :
• Berat badan menurun
• Kelelahan
• Penglihatan kabur
• Sering buang air kecil
• Terus menerus lapar dan haus
• Meningkatnya kadar gula dalam darah dan air seni

2.Type II atau disebut NIDDM (non-insulin-dependent diabetes mellitus), atau diabetes yang tidak bergantung pada insulin
Diabetes tipe II terjadi jika insulin hasil produksi pancreas tidak cukup atau sel lemak dan otot tubuh menjadi kebal terhadap insulin, sehingga terjadi gangguan pengiriman gula ke sel tubuh. Biasanya orang yang terkena penyakit diabetes tipe ini yaitu orang dewasa ,biasanya terjadi pada mereka yang berusia di atas 40 tahun
Sedangkan gejala diabetes tipe II muncul secara perlahan-lahan sampai menjadi gangguan yang jelas, dan pada tahap permulaannya seperti gejala diabetes tipe I, yaitu:
• Cepat lelah, kehilangan tenaga, dan merasa tidak fit
• Sering buang air kecil
• Terus menerus lapar dan haus
• Kelelahan yang berkepanjangan dan tidak ada penyebabnya
• Mudah sakit yang berkepanjangan
• Penglihatan kabur
• Luka yang lama sembuh
• Kaki terasa kebas, geli, atau merasa terbakar
• Infeksi jamur pada saluran reproduksi wanita
• Impotensi pada pria

3.Type III atau GDM (gestational diabetes mellitus)
E.Cara Mengatasi Diabetes Mellitus
Kondisi penderita diabetes mellitus tergantung pada disiplin dan kepatuhan penderita untuk :
1. Patuhi Nasehat Dokter
a. Disiplin minum obat
Minumlah obat yang diresepkan dokter secara teratur sesuai dengan aturan pemakaiannya. Jangan dicampur obat lain tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter anda.
b. Jadilah dokter pendamping diri sendiri
Anda sebaiknya menjadi dokter pendamping diri anda sendiri, dan lebih bertanggung jawab atas kesembuhan dari anda sendiri.

2. Diet
a. Memilih karbohidrat yang aman
Memilih sumber karbohidrat yang aman bagi penderita diabetes adalah memilih makanan yang mengandung senyawa karbohidrat kompleks, yang dapat melepaskan glukosa darah secara bertahap, agar tidak terjadi lonjakan kadar gula darah dengan tiba-tiba setelah makan.
b. Pola diet diabetes
Diet yang tepat untuk mencegah agar tidak terkena diabetes adalah yang bertujuan untuk menjaga agar berat badan tidak berlebihan.
Pangkaslah kalorinya, Kurangi lemak, Makanlah karbohidrat kompleks, Ucapkan selamat tinggal pada yang manis, Ngemilah diantara waktu makan , Lengkapi dengan serat

3.Olahraga
Berjalan kaki, Bersepeda, Berenang
4. Kontrol gula darah, secara teratur


F. Cara Pencegahan Diabetes Mellitus
Orang bijak mengatakan ”lebih baik mencegah dari pada mengobati”, maka melihat bahwa gangguan keseimbangan kadar gula darah dapat dipengaruhi oleh konsumsi makanan yang berlebihan (pola makan yang salah) dan kegiatan yang penuh tekanan (gaya hidup stress), maka diabetes sebenarnya dapat dicegah dengan cara-cara berikut:
1. Bila kegemukan, turunkan berat badan
2. Lakukan latihan aerobik (berenang, bersepeda, jogging, jalan cepat) paling tidak tiga kali seminggu, setiap kali 15-60 menit sampai berkeringat dan terengah-engah tanpa membuat napas menjadi sesak.
3. Konsumsi gula sedikit mungkin atau seperlunya, karena bukan merupakan bagian penting dari menu yang sehat. Kebutuhan zat gula darah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh dapat dipenuhi dari karbodihrat yang berasal dari beras, sereal, roti, kentang, atau bakmi dalam menu sehari-hari.
4. Setelah berumur 40, periksa kadar gula urine kita setiap tahun, terutama bila anda mempunyai riwayat keluarga penderita diabetes.

Sumber Pustaka
1. Judul : Diabetes
Penulis : M. (Iesje) Bakar-Tobing A.P.D., Dietitian/Ahli Gizi, 1996
Sumber : http://www1.bpkpenabur.or.id/kps-jkt/pengurus/uripto/sehat/05d.htm

2. Judul : Diabetes Mellitus
Penulis : --
Sumber : http://www.medicastore.com/med/detail_pyk.php?iddtl=135&idktg=11&UID=20070709085325202.73.125.46 Diabetes Mellitus]

3. Judul : Diabetes
Penulis : -
Sumber : http://www.diabetes.org/about-diabetes.jsp

4. Judul : Diabetes
Penulis : -
Sumber : http://www.patienthealthinternational.com/article/501584.aspx

5. Judul : Diabetes Mellitus
Penulis : Octa
Sumber : http://www.promosikesehatan.com/artikel.php?nid=136

6. Judul : Mau Tahu Lebih Jauh tentang Diabetes???
Penulis : Irna Yunia
Sumber : http://www.promosikesehatan.com/artikel.php?mn=7&yr=2007&nid=306

MOTIVASI DARI GURU

MOTIVASI DARI GURU

A. Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari kata “ motif “ yang dapat diartikan sebagai
1. Sebagai upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu
2. Sebagai gaya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi pemcapaian suatu tujuan.
3. Suatu kondisi intern ( kesiapsiagaan )
4. Daya penggerak yang telah aktif
5. Perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahulu dengan tanggapan terhadap adanya tujuan ( Mc.Donald, dikutip Sardiman, 2003, hal.73)
Dari pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa motivasi adalah daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan.

B. Macam-macam motivasi
Berbicara tentang macam atau jenis motivasi dapat dilihat dari berbagai sudut pandang :
1. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya( Arden N.Frandsen dikutip Sardiman, 2003,hal.86), yaitu :
a. Motif-motif bawaan / physiological drives adalah motif yang dibawa sejak lahir, misalnya : dorongan untuk makan dan minum, dorongan untuk kerja, untuk beristirahat, dorongan seksual.
b. Motif-motif yang dipelajari / affiliative needs adalah motif yang timbul kerena dipelajari, misalnya : dorongan untuk mengajar, dorongan untuk mempelajari sesuatu yang baru.

2. Jenis Motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis
a. Motif organis, meliputi misalnya : kebutuhan untuk minum,makan,bernafas,seksual,kebutuhan untuk beristirahat
b. Motif-motif darurat, antara lain : dorongan untuk menyelamatkan diri, membalas, untuk berusaha, untuk berburu.
c. Motif-motif objektif adalah dorongan untuk dapat menghadapi dunia luar secara efektif, antara lain : kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, untuk melakukan manipulasi, untuk menaruh minat

3. Motivasi Jasmaniah dan rohaniah
a. Motivasi jasmaniah seperti misalnya : refleks, instink , nafsu
b. Motivasi rohaniah seperti misalnya : kemauan, rasa aman,rasa diterima dikelompok / masyarakat

4. Motivasi Intrinsik dan ekstrinsik
a. Motivasi intrinsic adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, kerena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu, contohnya ; seseorang belajar, kerena tuntutan dari dirinya sendiri( suatu kebutuhan ), bukan kerena ingin pujian atau ganjaran.
b. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi kerena adanya rangsangan dari luar, contohnya : seseorang belajar untuk mendapat nilai baik, sehingga akan dipuji oleh rang tuanya / pacarnya / temannya.

C. Fungsi Motivasi.
Motivasi berfungsi mendorong manusia untuk berbuat, menentukan arah perbuatan, untuk mencapai tujuan dan menyeleksi perbuatan yakni perbuatan mana yang akan mendapat prioritas utama untuk dikerjakan terlebih dahulu.
II. Macam-macam motivasi untuk mencapai tujuan pendidikan.
Untuk mencapai tujuan pendidikan di sekolah, perlu diperhatian beberapa bentuk motivasi yang ada, antara lain :

A. Motivasi dari Sikap Guru
Dalam mengajar menurut Winkel ( 1989 ),dikutip oleh Dra. Etty Sofyatiningrum. M.Ed (Pengaruh Umpan Balik Guru ….htm,http:// www.dipdiknas.go.id /balitbang, 2001) berapa kepribadian guru yang berperan adalah: (1)Penghayatan nilai-nilai kehidupan, (2) Motivasi Kerja, (3) Sifat dan sikap
Menurut Prof.Dr.Made Pidarta (1997), yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan motivasi seorang guru, antara lain : (4) Tingkat Kesejahteraan dan (5) Sistim Penilaian Kerja
Selanjutnya menurut Westby dan Gibson, seperti yang dikutip oleh Sardirman ( 2003 ), salah satu yang dapat meningkatkan kinerja seorang guru yaitu (6) Pengakuan terhadap profesionalisme guru oleh masyarakat

(1) Penghayatan nilai-nilai kehidupan
Seorang guru harus berpegang pada nilai-nilai tertentu misalnya, tanggung jawab dalam bertindak, kebanggaan atas hasil jerih payahnya sendiri, kerelaan membantu sesama yang memerlukan bantuannya.

(2) Motivasi kerja
Merupakan dorongan yang datang dari dalam dirinya untuk mendapatkan kepuasan yang diinginkan, serta mengembangkan kemampuan dan keahlian guna menunjang profesinya yang dapat meningkatkan prestasi dan profesinya. Dalam hal ini, guru yang bercita-cita menyumbangkan keahliannya demi perkembangan anak didiknya, profesi sebagai guru merupakan kepuasan pribadi, rela mengorbankan waktu dan tenaga demi kepentingan anak didiknya.

(3) Sifat dan sikap
Guru harus memiliki sifat dan sikap luwes dalam pergaulan, suka humor, rela membantu, kreatif dan berharap bahwa siswa mampu berpartisipasi dalam proses belajar mengajar secara aktif.
Dengan kepribadian guru yang positif, siswa akan merasa senang, puas, dan gembira. Simpati guru merupakan faktor yang sangat utama dalam melaksanakan tugasnya sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan sesuai dengan apa yang direncanakan. Di samping itu, siswa dapat mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh guru dengan sebaik-baiknya, dan akan meningkatkan prestasi belajarnya.

(4) Tingkat Kesejahteraan guru
Tinggi-rendahnya tingkat kesejahteraan guru , membawa dampak pada kinerja dan kejiwaan ( rasa aman dan tenang ) seorang guru, bila kebutuhan dasarnya belum terpenuhi cendrung tidak memperhatikan kode etik jabatannya. Istilah guru “”yambi “ (Mengajar di kelas merupakan salah satu kegiatannya / mata pencarian bukan suatu kewajiban ) akan terus dilakoni oleh seorang guru yang dituntut untuk memenuhi kebutuhan ekonomi pribadi maupun keluarganya. Walaupun kesejahteraan yang tinggi bukan merupakan kunci utama dalam meningkatkan kinerja seorang guru, tetapi setidaknya membuat rasa aman dan tenang secara pysikologis seorang guru serta memberi waktu yang cukup banyak untuk mempersiapkan, memilih metode mengajar , melaksanakan proses pembelajaran dan evaluasi


(5) Sistim penilaian kerja
a. Sistim Reward dan Sanksi
Penilaian yang selama ini hanya melihat hasil DP3 perlu dibenahi, fungsi DP3 sebagai alat untuk menilai perilaku pendidik, seharus dilaksanakan secara objektif, setiap guru yang berprestasi harus mendapat perlakukan khusus berupa reward ( proposi jabatan, bonus gaji berkala dipercepat,mendapat bea siswa mengikuti pendidikan lebih tinggi, dll ), begitu juga dengan guru yang tidak mempan dinasehati dan dibina diberi sanksi yang tegas.
Jika ada siswanya yang berprestasi baik dalam bidang akademik dan non-akademik, yang mendapat reward tidak hanya siswanya tetapi juga gurunya yang selama ini membimbingnya, sehingga memotivasi guru untuk membimbing siswa dengan segala kemampuan dan keahliannya secara maksimal.

b. Kepangkatan
Sistim kepangkatan berdasarkan angka kredit pada dasarnya merupakan penghargaan bagi guru, tetapi implikasi pelaksanaannya kadang-kadang tidak memperhatikan azas kinerja, timbul anggapan bahwa setiap 2 ( dua ) tahun guru harus naik golongan dapat mematikan motivasi kinerja seorang guru yang baik dan rajin.







(6) Pengakuan terhadap profesionalisme guru oleh masyarakat
Wolmer dan Mills (seperti dikutip Sardiman,2003, hal.134 ) mengatakan bahwa suatu pekerjaan mempunyai status professional jika memenuhi syarat :
a. Memperoleh dukungan masyarakat
Pengakuan keprofesionalan profesi guru oleh masyarakat diwujudkan dalam bentuk accountability, dimana kompetensi output yang dihasilkannya ( siswa ) secara langsung maupun tidak langsung diakui dan dipakai oleh masyarakat secara luas, hal ini akan meningkatan motivasi seorang guru untuk melaksanakan tugasnya, apa yang ia lakukan selama ini merupakan suatu proses yang outputnya selalu dinanti dan diperlukan oleh masyarakat.
b. Mendapat pengesahan dan perlindungan hukum
Sistim Pendidikan sudah mempunyai landasan hukum yang jelas yaitu Undang-Undang Sisdiknas No.20 tahun 2003, sedangan Undang-undang guru sampai sekarang masih bersifat draf yang kapan dibahas bahkan untuk disyahkan (“?”), profesi guru dapat dimasukan sebagai tenaga kerja dalam bidang jasa tetapi tidak diakomodasi dalam UU tenaga kerja yang ada.
Jika seorang siswa dan orang tua guru secara langsung maupun tidak langsung menghina bahkan melecehkan profesi guru, siapa yang perduli, bahkan sesama guru saja kadang-kadang tidak perduli, apalagi masyarakat luas, tetapi jika seorang guru memukul siswanya kerena kenakalan siswa atau kondisi mental guru yang tidak prima pada saat itu, bisa menjadi atau diajukan sebagai kasus penganianyaan oleh orang tua.


c. Memiliki persyaratan kerja yang sehat
Kondisi kelas yang bagus, hanya di ukur dari kelengkapan sarana kelas, kebersihan kelas, kondisi bangunan yang layak, sistim fentilasi dan pencahayaan yang baik, lingkungan kelas yang tenang, tetapi tidak memperhatikan dampak kesehatan pada gurunya, bagaimana dampak penggunaan kapur tulis dalam jangka panjang terhadap guru (hasil penelitian yang valid belum penulis dapatkan ), guru BP ( jika ada ) disekolah ( tempat kerja ) berorentasi pada pemecahan kesulitan pada siswa bukan mengatasi dan pemecahanan masalah yang timbul oleh tingkat setres guru, kebanyakan lembaga penyelenggara pendidikan bahkan pada guru berstatus PNS tidak mempunyai program cek medical secara rutin dan berkala ( gratis ) seperti pada suatu perusahaan padahal pada satu sisi guru dituntut untuk selalu tampil prima didepan kelas.
d. Memiliki jaminan hidup yang layak
Seperti yang sudah dibahas pada point (4) dan (6).b, kondisi guru pada sekolah swasta pada umumnya tidak mempunyai program jaminan hidup yang layak, baik pada aspek kesehatan, perumahan maupun jaminan pensiun. Pengangkatan guru tampa perjanjian kerja yang jelas, mengakibatkan pemberhentian guru oleh lembaga penyelenggara pendidikan swasta ( bersembunyi dikedok lembaga sosial ) tidak mengenal pesangon dan jika mengajar pada sekolah lain akan dihitung mulai nol tahun kembali, tidak ada UU yang mengatur tentang upah minimum guru ( swasta ) membuat profesi guru dianggap tidak menjanjikan untuk kelanyakan hidup. Hal inilah yang membuat seseorang menjadi guru kerena motivasi tidak ada pekerjaan lainnya lagi, atau motivasi seorang mahasiswa masuk FKIP atau Universitas ( pencetak guru ) kerena tidak diterima pada Universitas dan fakultas lainnya, bukan kerena motivasi pengabdian sebagai guru yang professional.


B. Motivasi dari Metode Mengajar

Motivasi pembelajaran terdiri dari empat komponen( Pengembangan dan Penggunaan Model Pembelajaran.htm, http:// www.dipdiknas.go.id /balitbang, 2001) yaitu:
1. Attention (minat/perhatian);
Attention yaitu berhubungan dengan sikap percaya, yakin akan berhasil atau yang berhubungan dengan harapan untuk berhasil (Keller, 1987: 2-9). Menurut Bandura seperti dikutip oleh Gagne dan Driscoll (1988: 70) seseorang yang memiliki sikap percaya diri tinggi cenderung akan berhasil bagaimana pun kemampuan yang ia miliki. Sikap di mana seseorang merasa yakin, percaya dapat berhasil mencapai sesuatu akan mempengaruhi mereka bertingkah laku untuk mencapai keberhasilan tersebut. Sikap ini mempengaruhi kinerja aktual seseorang, sehingga perbedaan dalam sikap ini menimbulkan perbedaan dalam kinerja
2. Relevance (relevansi);
Relevance yaitu berhubungan dengan kehidupan siswa baik berupa pengalaman sekarang atau yang telah dimiliki maupun yang berhubungan dengan kebutuhan karir sekarang atau yang akan datang (Keller, 1987: 2-9). Siswa merasa kegiatan pembelajaran yang mereka ikuti memiliki nilai, bermanfaat dan berguna bagi kehidupan mereka. Siswa akan terdorong mempelajari sesuatu kalau apa yang akan dipelajari ada relevansinya dengan kehidupan mereka, dan memiliki tujuan yang jelas. Sesuatu yang memiliki arah tujuan, dan sasaran yang jelas serta ada manfaat dan relevan dengan kehidupan akan mendorong individu untuk mencapai tujuan tersebut. Dengan tujuan yang jelas mereka akan mengetahui kemampuan apa yang akan dimiliki dan pengalaman apa yang akan didapat. Mereka juga akan mengetahui kesenjangan antara kemampuan yang telah dimiliki dengan kemampuan baru itu sehingga kesenjangan tadi dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan sama sekali (Gagne dan Driscoll, 1988: 140). Dalam kegiatan pembelajaran, para guru perlu memperhatikan unsur relevansi ini.
Beberapa cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan relevansi dalam pembelajaran adalah: mengemukakan tujuan sasaran yang akan dicapai. Tujuan yang jelas akan memberikan harapan yang jelas (konkrit) pada siswa dan mendorong mereka untuk mencapai tujuan tersebut (DeCecco,1968: 162). Hal ini akan mempengaruhi hasil belajar mereka.
(a) Mengemukakan manfaat pelajaran bagi kehidupan siswa baik untuk masa sekarang dan/atau untuk berbagai aktivitas di masa mendatang.
(b) Menggunakan bahasa yang jelas atau contoh-contoh yang ada hubungannya dengan pengalaman nyata atau nilai-nilai yang dimiliki siswa. Bahasa yang jelas yaitu bahasa yang dimengerti oleh siswa. Pengalaman nyata atau pengalaman yang langsung dialami siswa dapat menjembataninya ke hal-hal baru. Pengalaman selain memberi keasyikan bagi siswa, juga diperlukan secara esensial sebagai jembatan mengarah kepada titik tolak yang sama dalam melibatkan siswa secara mental, emosional, sosial dan fisik, sekaligus merupakan usaha melihat lingkup permasalahan yang sedang dibicarakan (Semiawan, 1991).
(c) Menggunakan berbagai alternatif strategi dan media pembelajaran yang cocok untuk pencapaian tujuan. Dengan demikian dimungkinkan menggunakan bermacam-macam strategi dan/atau media pembelajaran pada setiap kegiatan pembelajaran.
3. Confidence (percaya/yakin);
Confidence adalah yang berhubungan dengan minat/perhatian siswa. Menurut Woodruff seperti dikutip oleh Callahan (1966: 23) bahwa sesungguhnya belajar tidak terjadi tanpa ada minat/perhatian. Keller seperti dikutip Reigeluth (1987: 383-430) menyatakan bahwa dalam kegiatan pembelajaran minat/perhatian tidak hanya harus dibangkitkan melainkan juga harus dipelihara selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu, guru harus memperhatikan berbagai bentuk dan memfokuskan pada minat/perhatian dalam kegiatan pembelajaran. Herndon (1987:11-14) menunjukkan bahwa adanya minat/perhatian siswa terhadap tugas yang diberikan dapat mendorong siswa melanjutkan tugasnya. Siswa akan kembali mengerjakan sesuatu yang menarik sesuai dengan minat/perhatian mereka. Membangkitkan dan memelihara minat/perhatian merupakan usaha menumbuhkan keingintahuan siswa yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Minat/perhatian merupakan alat yang sangat berguna dalam usaha mempengaruhi hasil belajar siswa.
4. Satisfaction (kepuasan/bangga),
Satisfaction yaitu yang berhubungan dengan rasa bangga, puas atas hasil yang dicapai. Dalam teori belajar satisfaction adalah reinforcement (penguatan). Siswa yang telah berhasil mengerjakan atau mencapai sesuatu merasa bangga/puas atas keberhasilan tersebut. Keberhasilan dan kebanggaan itu menjadi penguat bagi siswa tersebut untuk mencapai keberhasilan berikutnya (Gagne dan Driscoll, 1988: 70). Reinforcement atau penguatan yang dapat memberikan rasa bangga dan puas pada siswa adalah penting dan perlu dalam kegiatan pembelajaran (Hilgard dan Bower, 1975:561). Menurut Keller berdasarkan teori kebanggaan, rasa puas dapat timbul dari dalam diri individu sendiri yang disebut kebanggaan intrinsik di mana individu merasa puas dan bangga telah berhasil mengerjakan, mencapai atau mendapat sesuatu. Kebanggaan dan rasa puas ini juga dapat timbul karena pengaruh dari luar individu, yaitu dari orang lain atau lingkungan yang disebut kebanggaan ekstrinsik (Keller dan Kopp, 1987: 2-9). Seseorang merasa bangga dan puas karena apa yang dikerjakan dan dihasilkan mendapat penghargaan baik bersifat verbal maupun nonverbal dari orang lain atau lingkungan. Memberikan penghargaan (reward) menurut Thorndike seperti dikutip oleh Gagne dan Briggs (1979: 8) merupakan suatu penguatan (reinforcement) dalam kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, memberikan penghargaan merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mempengaruhi hasil belajar siswa (Hilgard dan Bower, 1975: 561). Untuk itu, rasa bangga dan puas perlu ditanamkan dan dijaga dalam diri siswa

C. Motivasi dari Media Pengajaran
Ada beberapa pengertian yang disampaikan oleh para ahli tentang pengertian media pengajaran, antara lain menurut Suprayekti (2003, hal.14), media adalah segala sesuatu yang mengantarkan pesan dari sumber kepada penerima, namum secara utuh media pengajaran dapat dipahami sebagai segala sesuatu ( medium / wadah ) yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan pembelajaran sehingga merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa, sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa, mencakup pengertian, sumber, lingkungan dan metode ( Depdiknas, 2002, hal 44).
Media pengajaran antara lain Audioa Visual Aid (AVA), Media Grafis, Media audio, media visual,yang berfungsi guna membantu guru untuk dapat memberikan pengalaman audio visual kepada siswa, dalam rangka mendorong motivasi belajar, memperjelas dan mempermudah memahami konsep yang abstrak dan mempertinggi daya serap atau retensi belajar. AVA terdiri dari ( Depdiknas, 2002, hal.3) :
o Perangkat lunak ( software ) adalah program transparansi, kaset atau flim yang berisi pesan yang ditampilkan atau disalurkan dari pengirim ( sumber belajar) kepada penerima ( peserta didik ) .
o Perangkat keras ( hardware ) yaitu alat pandang-dengar sebagai alat penampil atau penyalur.
Guna mengoptimalkan pemanfaatan dan pemilihan media dalam proses pembelajaran, perlu diperhatikan beberapa motivasi dalam media pengajaran, yaitu :
1. Anak didik dipandang sebagai organisme yang mempunyai potensi untuk berkembang
Salah satu tugas seorang guru adalah menyediakan media pembelajaran, sesuai landasan filosofis pendidikan ( aliran eksintensialis ) yang menyatakan peserta didik perlu mendapat pengalaman belajar sesuai perbedaan individu mereka ( Depdiknas, 2001, hal.31), oleh sebab itu tugas pendidik adalah membimbing dan menyediakan kondisi ( media pengajaran ) agar siswa dapat mengembangkan bakat dan potensinya, guru menyediakan media pengajaran tetapi selanjunya siswalah yang mengolah dan mencerna bahan pengajaran sesuai dengan bakat, kemampuan dan latar belakang masing-masing siswa.
Menurut Sardiman ( 2003, hal.99 ) mengutip kiasan “ kalau mengajari anak untuk mendapatkan ikan, jangan memberi ikan tetapi berilah kail “. Kiasan ini sebenarnya mempunyai makna yang cukup penting dalam proses belajar-mengajar, sebab siswa harus aktif sendiri termasuk bagaimana strategi yang harus ditempuhnya untuk mendapatkan suatu pengetahuan atau nilai, guru cukup memberikan acuan alat / media ( ibaratkan kail-nya). Ini menunjukan bahwa yang aktif dan mendominasikan aktivitas adalah siswa, hal ini sesuai dengan hakekat anak didik sebagai manusia yang penuh potensi yang bisa berkembang secara optimal apabila kondisi / media pembelajaran mendukungnnya.
2. Meningkatkan nilai positif pada emotional ectivities
Menurut Paul B.Diedrich sebagaimana dikutip Sardiman ( 2003, hal.101 ) Emotional ectivities anak didik seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.
Kegiatan dalam proses pembelajaran harus lebih dinamis, tidak membosankan dan pembelajaran benar-benar menjadi pusat aktivitas belajar yang maksimal dan bahkan akan memperlancar peranannya, kreativitas guru dalam memilih media pembelajaran mutlak diperlukan agar dapat merencanakan kegiatan siswa yang sangat bervariasi itu, sehingga meningkatkan minat, rasa gembira, bersemangat, bergairah, tenang dalam proses belajar dan berani menyampaikan gagasan serta menghilangkan rasa bosan dan gugup siswa.
3. Aktualisasi bahan pengajaran (Pengetahuan – Ketrampilan – sikap – nilai ) .
Guru dalam menyampaikan bahan pengajaran , baik berupa aspek kognitif ( fakta, konsep, prinsip, ), aspek afektif ( sikap, nilai, norma), ataukah aspek psikomotorik ( ketrampilan, prosedur ) memerlukan media pembelajaran yang berbeda-beda. Bahan pengajaran yang disampaikan hanya berupa verbal monoton tampa ada aktualisasi visual,membuat anak merasa bosan dan jenuh, maka fungsi guru tidak beda dengan seorang pendogeng.
Aktualisasi bahan pengajaran merangsang daya kreativitas dan motivasi siswa, siswa langsung mendapatkan pengalaman visualisasi dari bahan pengajaran , dari itu ia dapat membuat suatu generalisasi suatu konsep – prinsip menjadi suatu fakta, sehingga pembelajaran bermakna ,efektivitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan pendidikan akan tercapai.


D. Motivasi dari Penilaian / Evaluasi
Assessment (evaluasi) yaitu yang berhubungan dengan evaluasi terhadap siswa. Evaluasi merupakan suatu bagian pokok dalam pembelajaran yang memberikan keuntungan bagi guru dan murid (Lefrancois, 1982: 336).
1. Alat Monitor
Bagi guru menurut Deale seperti dikutip Lefrancois (1982: 336) evaluasi merupakan alat untuk mengetahui apakah yang telah diajarkan sudah dipahami oleh siswa; untuk memonitor kemajuan siswa sebagai individu maupun sebagai kelompok; untuk merekam apa yang telah siswa capai, dan untuk membantu siswa dalam belajar. Bagi siswa, evaluasi merupakan umpan balik tentang kelebihan dan kelemahan yang dimiliki, dapat mendorong belajar lebih baik dan meningkatkan motivasi berprestasi (Hopkins dan Antes, 1990:31). Evaluasi terhadap siswa dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh mana kemajuan yang telah mereka capai. Apakah siswa telah memiliki kemampuan seperti yang dinyatakan dalam tujuan pembelajaran (Gagne dan Briggs, 1979:157).


2. Self assessment guru dan siswa
Evaluasi tidak hanya dilakukan oleh guru tetapi juga oleh siswa untuk mengevaluasi diri mereka sendiri atau evaluasi diri. Evaluasi diri dilakukan oleh siswa terhadap diri mereka sendiri, maupun terhadap teman mereka. Hal ini akan mendorong siswa untuk berusaha lebih baik lagi dari sebelumnya agar mencapai hasil yang maksimal. Mereka akan merasa malu kalau kelemahan dan kekurangan yang dimiliki diketahui oleh teman mereka sendiri. Evaluasi terhadap diri sendiri merupakan evaluasi yang mendukung proses belajar mengajar serta membantu siswa meningkatkan keberhasilannya (Soekamto, 1994). Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Martin dan Briggs seperti dikutip Bohlin (1987: 11-14) bahwa evaluasi diri secara luas sangat membantu dalam pengembangan belajar atas inisiatif sendiri. Dengan demikian, evaluasi diri dapat mendorong siswa untuk meningkatkan apa yang ingin mereka capai. Ini juga sesuai dengan apa yang dikemukakan Morton dan Macbeth seperti dikutip Beard dan Senior (1980: 76) bahwa evaluasi diri dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Oleh karena itu, untuk mempengaruhi hasil belajar siswa evaluasi perlu dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran.















Daftar Pustaka


…………, Pedoman Merancang Sumber Belajar, Depdiknas, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta, 2004

Sardiman A.M. , Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta , 2003

H.Soetarno,Dr,M.Pd.,Motivasi tenaga Kependidikan dalam Meningkatan Profesionalisme, Depdiknas, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta, 2003

Suprayekti, Dra.,M.Pd., Interaksi Belajar Mengajar, Depdiknas, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta, 2003

…………, Pedoman Penyedian Fasilitas Guru, Depdiknas, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta, 2002

…………, Pengelolaan Sarana Pendidikan, Depdiknas, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta, 2002

…………, Peralatan dan Bahan Pelajaran , Depdiknas, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta, 2002

Etty Sofyatiningrum. Dra. ,M.Ed., Pengaruh Umpan Balik Guru ….htm, http:// www.dipdiknas.go.id /balitbang, 2001

Djamah Sopah, Pengembangan dan Penggunaan Model Pembelajaran. htm, http:// www.dipdiknas.go.id /balitbang, 2001

Sekolah Yang Efektif

SEKOLAH YANG EFEKTIF.

BAB. 1
Lima Dasar Asumsi Sekolah Yang Efektif

Pertama, mari kita memperhatikan lima asumsi dasar yang mendasari konsep dari sekolah yang efektif

1. Hal-Hal lain yang sekolah perlu lakukan, tujuan pusat nya adalah untuk mengajar: sukses diukur oleh kemajuan siswa di dalam pengetahuan, ketrampilan, dan sikap;
2. Sekolah bertanggung jawab atas menyediakan keseluruhan lingkungan di mana mengajar dan pelajaran terjadi;
3. Sekolah harus diperlakukan secara menyeluruh: usaha parsial untuk membuat peningkatan yang berhadapan dengan terpaksa dari hanya sebagian dari para siswa dan memisahkan kesatuan dari program interpensi adalah mungkin gagal;
4. Karakteristik paling rumit dari suatu sekolah adalah sikap dan perilaku dari para guru dan staff yang lain, bukan berbagai hal material seperti ukuran tentang perpustakaannya atau umur dari gedung-gedung;
5. Barangkali paling utama, sekolah menerima tanggung jawab untuk sukses atau kegagalan dari capaian yang akademis dari para siswa itu. Para Siswa adalah dengan kuat dihormati sebagai yang mampu terpelajar dengan mengabaikan ethnis mereka, jenis kelamin, rumah atau latar belakang budaya, atau pendapatan keluarga. "Para Murid dari keluarga-keluarga yang miskin tidak memerlukan suatu kurikulum yang berbeda, atau pun melakukan kemiskinan mereka memanfaatkan kegagalan untuk belajar ketrampilan dasar," Stewart Purkey dan Marshall Smith menyatakan, menambahkan, " Perbedaan antar sekolah yang dilakukan mempunyai suatu dampak pada prestasi siswa, dan perbedaan itu adalah yang dapat diawasi oleh sekolah secara terorganisir."

Seperti itu, putaran konsep sekolah yang efektif 180 gelar dari pikiran bidang pendidikan tradisional yang menuju ke salah satu tujuan, yakni siswa, untuk prestasi yang akademis rendah. Meskipun demikian salah satu dari karakteristik yang terkemuka dari sekolah yang efektif adalah bahwa mereka mengira tanggung jawab pertemuan dibidang pendidikan terpaksa dari para siswa persis sama benar derajat tingkat yang lebih besar dibanding rekan pendamping mereka, ini adalah namun suatu konsep yang banyak praktisi di bidang pendidikan temukan sukar untuk menerima. Terutama dalam sekolah itu nampaknya meliputi, sebanyak bagian tertua suatu kota dan tidak sedikit sekolah yang di pinggiran kota adalah, dengan anak-anak yang miskin, anak-anak dari latar belakang budaya berbeda, dan anak-anak dari keluarga non tradisional, bukanlah mudah untuk memusatkan tanggung jawab untuk motivasi dan prestasi dari para siswa dengan diam-diam para siswa atau di luar itu sekolah itu. Meskipun demikian, ini adalah pelajaran yang penting dari pengembangan sekolah yang efektif.

Pencarian suatu rumusan sekolah yang efektif.
Awal riset sekolah yang efektif adalah dengan cepat digunakan seperti basis untuk mengembangkan program untuk meningkat;kan capaian dari sekolah. sebagian dari awal mempopulerkan dari sekolah efektif yang penafsiran riset ditekankan dari suatu agak sederhana lima rumusan. Sekolah yang efektif, dengan pendekatan karakteristik sebagai berikut:
· Kepemimpinan yang kuat paling utama,
· Harapan tinggi untuk prestasi siswa pada pihak sekolah, guru dan anggota staff,
· Suatu penekanan pada ketrampilan dasar,
· Suatu lingkungan yang rapi, indah dan aman serta terkendali
· Evaluasi yang sistematis dan sering dilakukan pada siswa, dan
· Waktu yang ditingkatkan pada tugas proses belajar mengajar.

Munculnya Pendekatan Ke Sekolah Yang Efektif.
Purkey And Smith sudah mengenali tigabelas karakteristik dari sekolah yang efektif dari melaporkan penelitian..63 Yang mereka masuk ke dua kelompok Yang pertama kelompok sembilan karakteristik dapat diterapkan dengan cepat pada biaya yang minimal oleh tindakan yang administratif. Mereka adalah:

1. Kekuatan manajemen sekolah dan pengambilan keputusan yang demokratis, di mana sekolah didukung untuk bertanggung jawab lebih besar , dan diberi tugas yang lebih besar untuk memecahkan masalah dibidang pendidikan.
2. Dukunga dari Pemerintah daerah untuk meningkatkan kapasitas dari sekolah untuk mengidentifikasi dan memecahkan permasalahan dibidang pendidikan meliputi peningkatan pemeriksaan dan peran manajemen dari pusat sampai daerah, mendukungan dan mendorongan dari kepemimpinan tingkat sekolah memecahkan masalah secara bersama-sama.
3. Kepemimpinan yang kuat, yang mungkin disajikan oleh pengurus tetapi juga mungkin disajikan oleh terintegrasi regu dari pengurus, para guru dan barangkali yang lain;
4. Mengorganisir stabilitas, memudahkan pengembangan dari suatu budaya sekolah yang kompak dan kuat.
5. Suatu kurikulum dikoordinir, direncanakan yang diberlakukan bidang pendidikan siswa dan meningkatkan waktu pelajaran.
6. Sekolah sebaga pusat pengembangan pendidikan, organisasi sekolah yang sehat dan para guru itu sendiri
7. Keterlibatan para orangtua terutama sekali di dalam pendukungan dari pekerjaan rumah, kehadiran, dan disiplin siswa.
8. Sekolah sebagai pengenalan dari sukses akademis, kedua-duanya dalam kaitan dengan meningkatkan capaian akademis dan standard yang menuju keberhasilan tentang keunggulan
9. Menekankan waktu pada mengajar dan belajar sebagai contoh, mengurangi gangguan dan menekan keunggulan dari usaha dipusatkan untuk belajar, dan mengatur kembali aktivitas pengajaran.
10. Perencanaan kolaboratif dan secara kolektif hubungan yang mempromosikan suatu kegiatan yang merupakan satu kesatuan, mendorong pembagian pengetahuan dan gagasan, dan membantu perkembangan konsensus dari mereka di sekolah.
11. Pengertian dari masyarakat tentang kegiatan yang dilakukan disekolah, di mana para guru dan pelajar meningkatkan perasaan yang timbal balik.
12. Tujuan yang jelas bersih yang bersama dan harapan yang yang terjangkau tinggi, yang dibangun dari kerja sama, collegialitas, dan suatu pengertian dari masyarakat dan servis yang mempersatukan organisasi itu melalui tujuan yang umum
13. Disiplin yang menggesankan kesungguhan hati dan penuh arti dari sekolah sebagai bagian dari lingkungan masyarakat, para siswa, para guru dan staff, dan orang lain yang berkecimpung di bidang pendidikan, yang dilekatkan berdasar permufakatan bersama pada sasaran bersama, kerja sama, dan konsensus.


BAB 2
DUA TEORETIS YANG UTAMA ORIENTASI KE ORGANISASI

Organisasi terutama sekali dibidang pendidikan, menjadi sangat mendasar untuk meningkatkan mutu suatu sekolah sering berhadapan dengan pengujian yang tidak cukup dari asumsi tentang Suatu perhatian yang utama dari teori organisasi yang jaman ini adalah untuk memperjelas dan membedakan antara asumsi yang mendasari dua utama bersaing, pandangan teoretis dari apa organisasi adalah di birokratis pada suatu pihak teori dan perspektif yang lebih baru, sering disebut pengembangan sumber daya manusia, Mempertimbangkan dari dua pedekatan tersebut, sebagai contoh, membandingkan pendekatan permasalahan dalam mengkoordinir dan mengendalikan perilaku yang kerjasama tentang orang-orang untuk mencapai tujuan dari organisasi itu.

TEORI BIROKRATIS

Seperti telah dibahas di (dalam) Bab 1, pengambil-alihan teori yang birokratis adalah penting di dalam dipikirkan yang organisatoris. Pendekatan yang birokratis menuju ke penekanan yang berikut lima mekanisme di dalam berhadapan dengan isu dari mengendalikan dan mengkoordinir perilaku dari orang-orang di organisasi:

1. Memelihara kendali hirarkis dipastikan tentang otoritas dan menutup pengawasan itu semua itu menurunkan Peran dari pengurus inspektur dan penilai ditekankan di konsep ini.
2. Menetapkan dan memelihara komunikasi vertikal yang cukup. Ini membantu ke arah meyakinkan informasi baik itu akan jadikan pembuat keputusan dan dengan jelas dan dengan cepat dipancarkan dalam seluruhnya untuk implementasi. Sebab pembuat keputusan harus mempunyai informasi yang akurat mengenai beroperasi suatu kegiatan untuk meningkatan mutu dalam rangka membuat keputusan tingkat tinggi, memproses dan berkomunikasi dari informasi yang ada sangat penting tetapi sering tidak efektif. Penggunaan dari komputer untuk memudahkan komunikasi ini adalah sangat perlu dari untuk meningkatkan efektifitas dan efesiensi dalam memecahkan suatu masalah baik dengan menggunakan konsep.
3. Kembangkan aturan tertulis yang jelas, bersih dan memeriksa prosedur standard serta tindakan pemandu. Ini meliputi pemandu kurikulum, pedoman kebijakan, perintah tertulis maupun lisan, format yang baku sebagai acuan, daftar nama petugas dalam kegiatan, aturan dan peraturan, dan prosedur operasi yang baku yang akan diterapkan.
4. Mengumumkan dengan resmi rencana yang jelas sehingga mudah dipahami dan membuat jadwal peserta yang tidak memberatkan berbagai pihak Meliputi rencana pelajaran, jadwal kegiatan, daftar nama tugas, mencabut jadwal yang tidak sesuai dengan kesepakatan, bertemu berbagai komponen yang terkait dalam proses pengambilan keputusan, anggaran yang jelas dan terinci sesuai dengan perunutukannya, mengatur jadwal makan siang para komponen yang terlibat , jadwal khusus guru yang bertugas secara rutin dan secara tiba-tiba, jadwal antar jemput bus , dan banyak orang yang lain.
5. Menambahkan posisi administratif dan pengawasan bagi hirarki dari organisasi sebagaimana diperlukan dalam permasalahan yang dibangun dari kondisi yang berubah-ubah yang dihadapkan oleh organisasi. Sebagai contoh, sebagai wilayah kerja sekolah yang baik akan dikembangkan dalam kapasitas yang sesuai dengan kondisi wilayah dak karakteristik lingkungan, posisi seperti itu sebagai utama asisten, ketua, direktur, dan koordinator yang muncul sebagai pengambil keputusan yang jelas sebagai pedoman yang harus dipatuh bersama. Suatu program akan menjadi lebih rumit apabila hanya dikerjakan oleh satu orang tetapi kalau dikerjakan banyak orang dan bersama-sama maka akan jelas suatu kegiatan tersebut, posisi yang spesialis yang muncul dalam organisasi sangat dibutuhkan karena agar kegiatan berjalan sesuai dengan harapan; direktur dari suatu lembaga pendidikan harus mempunyai keahlian khusus dalam memanamjemeni lembaga yang dipimpinnya, koordinator dari program, psikolog sekolah, dan karyawan kemasyarakatan sekolah.


BAB 3
TEORI-SISTEM-SISTEM
DAN PERILAKU KEORGANISASIAN

Tetapi fakta bahwa organisasi bidang pendidikan bersikap terbuka sistem mempunyai konsekwensi tingkah laku tambahan. Suatu sekolah, sebagai contoh, adalah tunduk kepada dua gaya-luar yang utama yang menggambarkan seluruh sifat tentang pengaturan yang internal. Salah satu dari lingkungan internal dan eksternal ini adalah fakta bahwa sekolah mempunyai peranan yang sangat penting dalam pengembangan prilaku organisasi. harapan dan Standard profesional menyatakan melalui institusi pelatihan guru, dalam proses mengakui asosiasi sebagai lembaga peningkatan mutu guru dalam proses belajar mengajar, persyaratan dalam memasuki dari perguruan tinggi, pengawasan dari lembaga industri sebagai pemakai hasil pendidikan akan menjadi kompleks kalau tidak dikelola dengan baik, dan para pembicara pada konprensi tahunan dari wakil suatu sekolah tidak lain dari ini sedikit dari banyak orang " profesional" mempengaruhi itu menjangkau di dalam dan yang luar dan menggambarkan apa yang suatu sekolah adalah di dalam terminologi yang tingkah laku.
Serikat yang kedua dari sekolah ini menghadirkan sistem yang lebih luas mempengaruhi itu menjangkau di dalam dari yang luar dan menetapkan " norma-norma" untuk perilaku di sekolah. Ini meliputi seperti sumber daya yang berbeda sebagai standard masyarakat, tradisi, keputusan yang penting tentang pengadilan, hukum menurut undang-undang, dan paling sedikit, dengan manapun penyamarataan suatu permasalahan yang luas berbadan dalam konsep seperti " Kultur barat." Lebih secara rinci, barangkali, adalah dampak dari " cabang kebudayaan masa muda" itu telah menjadi sangat berpengaruh di dalam Negara-Negara barat. Sebab sekolah adalah suatu sistem terbuka, segi ini dari lingkungan sekolah mempunyai suatu dampak yang kuat pada berfungsi internal. Fakta bahwa anak-anak mengamati televisi, ditunjukkan ke " budaya obat-obat," dan sedang mengembangkan konsep yang baru tentang jenis kelamin, perkawinan, dan keluarga membentuk sifat alami hidup di dalam sekolah. Semua ini, bersama-sama, berkombinasi untuk menciptakan suatu kultur yang organisatoris yang kuat di dalam menentukan bagaimana orang-orang adalah merasa berbagai hal, nilai mereka, dan bereaksi kepada mereka.
Seperti konsep dari organisasi mendidik sebagai suatu sistem sosiol yang teknis terbuka memungkinkan satu untuk melihat pengaturan yang internal dari organisasi tertentu dengan segera unik dan bagian dari suatu interaksi dengan supra sistem yang lebih besar. Ini adalah pandangan dari sekolah yang orang-orang mempunyai ketika mereka berbicara tentang " kultur" dari sekolah, dan itu dibahas lagi di dalam Bab 7, pada kultur yang organisatoris.

Di dalam teori organisasi yang jaman ini, konsep ini menggabungkan dengan teori ketidaktentuan: memandang bahwa tidak ada satu universal " terbaik" dari berhadapan dengan isu yang organisatoris. Ketidak tentuan mendekati ke perilaku keorganisasian memerlukan mengembang;kan suatu pemahaman yang sistematis dari dinamika dari perilaku keorganisasian untuk mampu mendiagnosa atau meneliti yang spesifik situasi yang ada.


BAB 4
ISSU WANITA DALAM
PERILAKU KEORGANISASIAN

DUA STUDI DARI ISSU WANITA

Walaupun sejarah dari riset pada pengurus wanita-wanita di dalam organisasi dalam bidang pendidikan adalah secara relatif baru, telah memproduksi suatu bertumbuh dan badan yang sangat berbeda dari menerbitkan literatur. Ini, tentu saja, menandai adanya yang keras dan naik bahwa bidang dari studi telah menarik. Dari yang besar badan dari literatur riset, aku akan menguraikan dua terbaru belajar bahwa terkait dengan perilaku keorganisasian di dalam sekolah.
Wanita-Wanita Yang Menginspirasi Administrasi Sekolah. Sejak 1960an, banyaknya wanita-wanita yang mendaftarkan di dalam kursus universitas di dalam administrasi yang bidang pendidikan telah bangkit secara dramatis. Dengan 1980an, wanita-wanita terdiri atas di atas 50 persen dari para siswa dalam . yang sedemikian kursus. Ini, tentu saja, menandai adanya cita-cita peningkatan dari wanita-wanita untuk karier yang administratif. Bagaimanapun, walaupun banyaknya wanita ditetapkan ke posisi yang administratif di sekolah telah meningkat dari waktu ke waktu, tingkat peningkatan sedang mengecewakan bagi banyak wanita-wanita. Studi sudah mencari untuk memahami penghalang ke pencarian wanita-wanita untuk kembang;kan karier yang administratif di dalam pendidikan. Gladys Johnston dan para rekan kerja nya yang diuji pola teladan dari ketenaga-kerjaan dari pengurus wanita-wanita di muka umum pendidikan dan menemukan bahwa persepsi yang wanita-wanita tidak berhasil di pasar pekerjaan adalah cukup beralasan. Studi lain yang diuji membuat . berprasangka pengurus sekolah wanita dengan orang banyak/masyarakat dan menyelidiki berbagai kemungkinan bagi mengubah apa yang dianggap sebagai suatu situasi yang yang kurang baik. Orang Yang Lain sudah menyelidiki taktik dan strategi mungkin untuk memudahkan janji temu dari wanita-wanita ke posisi yang administratif dan kemajuan mereka dari kelompok dasar. Tumbuh-Tumbuhan Ortiz yang diuji permasalahan dan peluang yang menghadapi suatu pengurus wanita yang mencari untuk mengelupas hirarki dari suatu sistem persekolahan. Banyak studi yang lain relevan bagi wanita-wanita di dalam administrasi meliputi topik seperti bervariasi seperti wanita-wanita berhadapan dengan tekanan di dalam administrasi, kerjasama untuk wanita-wanita yang administratif, dan jalan dari menangani kombinasi dari karier dan tanggung-jawab rumah.


BAB 5
MOTIVASI

DUA FAKTOR TEORI HERZBERG'S DARI MOTIVASI

Dua faktor teori dari motivasi mengusulkan sebagai fakta motivasi itu bukanlah dimensi tunggal dapat dilukiskan sebagai hirarki kebutuhan tetapi bahwa terdiri atas dua memisahkan, faktor yang mandiri:
1. Faktor motivasional, yang dapat meningkatkan kepuasan kerja yang didorong kearah yang lebih baik.
2. Pemeliharaan faktor, yang harus mencukupi penyajian dalam urutan untuk faktor motivasional untuk, dan ketika tidak cukup kini dapat menghalangi motivasi dan kaleng didorong kearah ketidak puasan pekerjaan.

Pekerjaan dari Frederick Herzberg mulai untuk nampak sekitar duabelas tahun setelah Maslow dan telah menjadi secara luas berpengaruh di dalam dipikirkan manajemen di seluruh bumi, terutama sekali di dalam organisasi pembuatan laba. Ia memulai dengan studi yang sistematis tentang orang-orang di tempat kerja, dengan demikian memproduksi suatu teori yang dengan pengalaman dikandaskan, dibanding dengan menggunakan suatu " kursi tangan" mendekati. Di dalam riset nya orang-orang Herzberg yang diminta untuk mengingat keadaan di mana ( 1) mereka mempunyai, pada zaman yang spesifik di masa lalu, kepuasan yang dirasakan dengan pekerjaan tidak tetap mereka, dan di mana ( 2) mereka dengan cara yang sama telah tidak puas dengan pekerjaan tidak tetap mereka. Analisa dari tanggapan menunjukkan bahwa ada satu seikat yang dapat dilukiskan spesifik atau kelompok faktor yang dihubungkan dengan motivasi dan kepuasan di tempat kerja dan lain, dengan sama spesifik, kelompok faktor yang dihubungkan dengan ketidak puasan dan kelesuan. Barangkali tidak ada teori yang lain tentang motivasi di tempat kerja telah menjadi lebih secara ekstensif diteliti dan dibantah sekitar dibanding ini, dan dalam semua kemungkinan tidak ada apapun yang mempunyai secara luas diberlakukan bagi organisasi yang kompleks.

Secara kebiasaan, telah dipercaya bahwa kebalikan dari kepuasan kerja adalah ketidak puasan pekerjaan; seperti itu, dengan penghapusan sumber dari ketidak puasan dari pekerjaan, pekerjaan akan menjadi memotivasi dan memuaskan. Tetapi Herzberg menyatakan bahwa ini adalah bukan maka: bahwa kebalikan dari kepuasan adalah tidak ada kepuasan ( lihat Gambar 5-5). Seperti itu, dengan penghapusan sumber dari ketidak puasan, sese]orang boleh mendamaikan, menenangkan, atau mengurangi ketidak puasan dari seorang pekerja, tetapi ini tidak berarti bahwa pengurangan seperti itu juga

memotivasi pekerja atau memimpin ke arah kepuasan kerja. Sebagai contoh, gaji, jaminan sosial, jenis pengawasan, kondisi kerja, iklim dari kelompok kerja, dan sikap dan kebijakan dari administrasi dapat sumber dari ketidak puasan. Bagaimanapun, jika sese]orang meningkatkan nilai pendapatan " paket" dan kondisi kerja, dan kembangkan suatu administrasi yang terkait lebih peramah, seseorang dapat harapkan untuk mengurangi ketidak puasan, tetapi seseorang tidak bisa harapkan untuk memotivasi para pekerja oleh makna seperti itu. Kondisi-Kondisi seperti itu , diambil bersama-sama, mula-mula telah dipanggil " kesehatan" faktor. Istilah itu telah dipilih sebab Herzberg, pada penelitiannya mempunyai suatu mutu pencegahan: Mereka disebut, terus meningkat, faktor pemeliharaan, bagaimanapun, dan itu adalah gelar yang digunakan dalam buku ini. Motivasi nampak untuk bangunan dari suatu memisahkan serikat dari kondisi-kondisi, berbeda dan terpisah dari yang dihubungkan dengan sumber dari ketidak puasan. Sebagai contoh, prestasi, pengenalan, tantangan dari pekerjaan dirinya sendiri, tanggung jawab, kemajuan dan promosi, dan pertumbuhan profesional atau pribadi nampak untuk memotivasi orang-orang dan adalah, oleh karena itu, dihubungkan dengan kepuasan kerja. Mereka disebut memotivasi.


BAB 6
KEPEMIMPINAN DI DALAM PERSPEKTIF SEKOLAH

Kita mengetahui sejak para pemimpin mempunyai suatu hubungan yang unik dengan subordinate yang unik, oleh karena para bawahan dengan sukarela mewariskan tenaga dan otoritas kepada pemimpinnya. Para Pemimpin menghadapi fakta bahwa para bawahan;subordinat boleh menarik pen;dukungan mereka, dana mereka dari otoritas, pada setiap waktu; tidak ada undang-undang menghukum bahwa dapat ber;ubah ini. Para Guru dapat meninggalkan mereka dapat mencari perpindahan; mereka dapat menarik pendukungan mereka dan dengan mengurangi waktu dan usaha mereka hati-hati. Di luar undang-undang yang minimum atau penambahan tenaga baru susuai kontrak adalah, di luar standard yang minimum tentang " Kompetensi" adalah sedikit yang pengurus dapat memaksa mereka mendesak untuk berbuat. Tetapi sebagai jawaban atas kepemimpinan kepada yang mereka, para guru dapat memilih mempekerjakan dengan antusias jauh di luar manapun dugaan yang minimal tentang wewenang. Ini adalah dengan tepat sedikit pun tidak apa panggilan yang sekarang ini untuk kepemimpinan di muka umum pendidikan yang diterima di sekolah.
Bukti ( dari Gallup Pemberian Suara yang tahunan pada Pendidikan sebagai contoh) adalah kuat bahwa Amerika mempunyai suatu kelimpahan dengan baik mengatur " berkompeten" sekolah. mereka adalah, sebagian terbesar, dengan baik dijalankan tepat waktu, pesanan dirawat dan jadwal diamati, layanan pemakai tidak boleh dibedakan tetapi semua orang mendapatkan layanan yang sama, dan kelas diajarkan. Tetapi beberapa sekolah adalah pengecualian: lebih dari melulu " berkompeten," lebih efektif di instruksi dari para murid dan para siswa mereka. Apa yang menetapkan mereka terlepas dari orang lain? Kita tidak mengetahui semua tanggungjawab, tetapi itu telah jelas bahwa kehadiran dari kepemimpinan adalah suatu faktor penyebab yang kuat.
Seperti aku sudah uraikan, karena tiga perempat yang pertama dari abad ini riset telah menekankan dua faktor yang rumit di dalam perilaku pemimpin. Yang pertama adalah penekanan dengan diam-diam berbagai hal yang Fayol diajar untuk mengindahkan lama yang lalu: perencanaan, pengaturan, koordinasi, memerintahkan, dan mengendalikan. Banyak orang sudah mempelajari untuk berpikir tentang terhadap ini seperti memulai struktur atau pengarahan tugas. Hati-Hati, makna itu yang menghadiri kepada penjadwalan, mengorganisir, mengawasi, dan monitoring; semua dari yang adalah tentu saja sungguh penting untuk menjalankan sekolah dengan baik.

Yang kedua dari dua faktor yang rumit di dalam perilaku pemimpin dipakukan; berakar di dalam berbagai hal yang Mayoritas diajar kita: pertimbangan untuk para bawahan;subordinat, perhatian ke faktor manusia. Oleh karena itu, kita mengindahkan hal-hal seperti moril, motivasi, menggolongkan proses, pengendalian konflik, dan pengambilan keputusan. Hati-Hati, kita mencoba untuk menggunakan pelatih dan metoda partisipatif permintaan kita dalam cara-cara yang dipikirkan untuk peramah. tetapi ada lebih ke kepemimpinan dibanding itu. Sebagai contoh, para pemimpin bidang pendidikan patut dicontoh ( seperti dibedakan dari sekolah yang berkompeten para manajernya) sudah lama dikenal sebagai intervensi yang trampil para pemimpin. Itu adalah, mereka bekerja lancar pada diagnose permasalahan yang bidang pendidikan, konseling para guru, mengembang;kan kurikulum, mengembang;kan staff, dan mengevaluasi dan remediating pekerjaan yang bersifat pendidikan tentang para guru. Hati-Hati, para pemimpin seperti menekankan peran mereka sebagai intervensi para pemimpin dan cenderung untuk " para guru dari para guru."
Sergiovanni membantah bahwa tiga ini jenis pemimpin yang ia sebut " teknis," " manusia," dan " pendidikan" yang penting jika kita adalah untuk mempunyai " berkompeten" sekolah. Kehadiran dari macam ini dari kepemimpinan adalah suatu prasyarat, tetapi tidak cukup dengan sendirinya, untuk pengembangan dari " sempurna" sekolah Kepemimpinan untuk sekolah yang sempurna. Dalam rangka gerakkan dari wewenang ke keunggulan di dalam sekolah, kita harus menyediakan dua format yang lain dari kepemimpinan: kepemimpinan yang simbolis dan kepemimpinan yang dapat membangun kultur organisatoris.
Melalui kepemimpinan yang simbolis, isyarat pengurus dan mempertunjukkan ke orang yang lain apa yang penting, apa yang dihargai, apa yang diinginkan, tujuan akhir apa yang mengesampingkan semua orang yang lain. Para pemimpin yang simbolis menciptakan dan komunikasi suatu visi untuk para pengikut mereka menguraikan suatu kondisi yang diinginkan bagi para pengikut yang melakukan diri mereka. Para pemimpin simbolis menciptakan dan komunikasi;kan tujuan; mereka membantu peserta untuk memahami bahwa pekerjaan yang keduniaan mereka adalah penting dan sangat relevan untuk sukses dari keseluruhan misi. Para pemimpin yang simbolis tidak berasumsi bahwa semua orang lihat keseluruhan gambaran mereka menggunakan kata-kata ( tertulis dan percakapan) dan lambang yang lain ( seperti waktu, perhatian, dan kehadiran pribadi mereka) untuk secara terus menerus menekankan kembali apa yang adalah penting, apa yang baik adalah baik, dan apa yang diinginkan. Para pemimpin simbolis mencari untuk menjelaskan kepada para bawahan subordinat koneksi antara apa yang mereka lakukan, pada suatu pihak, dan apa yang mereka dapat melakukan, dengan diam-diam yang lain, ke arah prestasi dari keunggulan.


BAB 7
KULTUR ORGANISASI DAN IKLIM ORGANISASI

Suatu peninjauan yang menggerakkan sekolah ke sekolah yang kembangkan suatu intitusi merasakan bahwa masing-masing sekolah mempunyai baudata yang berbeda adalah membedakan, yang unik dalam beberapa hal hampir tak terkontral namun cara yang kuat dalam budaya organsasi. Pengertian ini, nampaknya gamblang ketika kita melihat sekolah seperti coklat, lebih dari menguraikan sekolah itu sendiri. Seperti aku sudah uraikan, banyak terminologi yang berbeda telah digunakan untuk mengidentifikasi pengertian itu dari karakteristik unik yang organisasi punyai. Orang-Orang kadang-kadang menggunakan terminologi seperti ketika atmospir kepribadian, nada, atau etos ketika menyatakan terhadap karakteristik yang unik ini dari suatu sekolah. Tetapi istilah iklim yang organisasi telah masuk ke dalam penggunaan agak umum sebagai kiasan untuk karakteristik yang membedakan ini tentang organisasi. Hanya apa yang ada dalam iklim organisasi? Dan bagaimana bisa diciptakan?
Iklim adalah secara umum digambarkan, Renato Tagiuri diusulkan seperti karakteristik dari total lingkungan gedung sekolah yang berwarna coklat. Tetapi kita perlu memahami apa yang tersirat dari karakteristik itu adalah suatu tanda tanya kita bersama, dan untuk meletakkan dasar untuk kita berbalik ke pekerjaan dari Tagiuri.
Tagiuri uraikan total lingkungan di dalam suatu organisasi, yang iklim yang organisasi, seperti terdiri atas empat dimensi:
1. Ekologi,
2. Lingkungan pergaulan,
3. Sistem sosial,
4. Budaya.

Ekologi mengacu pada phisik dan faktor material di organisasi: sebagai contoh, ukuran, waktu, disain, fasilitas, dan kondisi dari bangunan atau bangunan itu. juga mengacu pada teknologi yang digunakan oleh orang-orang di organisasi: meja tulis dan kursi, kapur tulis, elevator, segalanya yang digunakan untuk menyelesaikan aktivitas organisasi.

Lingkungan pergaulan adalah dimensi yang sosial di organisasi. Ini meliputi hampir segalanya berkenaan dengan orang-orang di organisasi itu. Sebagai contoh, berapa banyak ada dan apa yang mereka kerjakan. Ini akan meliputi ras dan ethnicas, gaji tingkat para guru, tingkatan yang ekonomi-sosial tentang para siswa, tingkatan pendidikan yang dicapai oleh para guru, moril dan motivasi dari orang dewasa dan para siswa yang menghuni sekolah itu, tingkat kepuasan kerja, dan sejumlah besar karakteristik yang lain dari orang-orang di organisasi.

Sistem sosial mengacu pada struktur yang administratif dan organisasi dari organisasi itu. meliputi bagaimana sekolah terorganisir, tatacara di mana keputusan dibuat dan siapa yang dilibatkan di dalam membuat keputusan, pola komunikasi antar orang-orang yang bertemu dengan siapa yang ada disekitarnya, kelompok kerja apa yang ada, dan lain lain

Budaya mengacu pada nilai-nilai itu, sistem kepercayaan, norma-norma, dan cara pikir yang karakteristik dari orang-orang di organisasi. adalah " cara yang kita meyakinkan di sekitar di sini." Pengarah ini dari lingkungan total organisasi diuraikan lebih secara penuh suatu kemudiannya di bab ini.


BAB 8
PERUBAHAN KEORGANISASIAN

Organisasi harus efektif, stabil, namun yang mampu dari mengubah sewajarnya. Organisasi berbeda candi-candi tua itu masih dapat dilihat, tetapi kemampuan untuk memenuhi berbagai hal ini dengan kata lain, mereka memperlihatkan derajat tingkat yang berbeda dari kesehatan organisasi. Suatu organisasi yang sehat " tidak hanya survive dalam lingkungan nya, tetapi melanjut untuk menghadapi cukup di atas perjalanan lama dan berat, dan secara terus-menerus dikembangkan dan meluas nya menyelamatkan nyawa dan menghadapi aktivitas. Operasi yang jangka pendek pada atas manapun hari yang tertentu mungkin adalah tidak efektip atau efektif, tetapi survival yang dilanjutkan, menghadapi cukup, dan pertumbuhan membawa tempat."
Organisasi yang tak sehat, pada sisi lain, adalah dengan mantap tidak efektip. Mungkin mengatasi lingkungan nya secara efektif pada suatu basis yang jangka pendek dengan " hancurnya program," suatu pengarah yang dipusatkan untuk temuan suatu terutama sekali, mengancam situasi, atau lain " administrasi yang krisis" teknik, tetapi pada akhirnya organisasi yang tak sehat menjadi lebih sedikit dan lebih sedikit mampu mengatasi lingkungan nya. Dibandingkan memperoleh dalam kemampuan nya untuk mengatasi suatu situasi, yang merosot dalam kapasitas ini dari waktu ke waktu dan menuju ke multi fungsional.
Tidak ada irisan waktu atau ukuran keluaran yang tunggal dari capaian organisasi dapat menyediakan suatu ukuran yang akurat dapat dipercaya dari kesehatan organisasi: suatu perhatian yang pusat adalah organisasi melanjutkan kemampuan untuk mengatasi perubahan untuk menyesuaikan kepada masa depan.
Kemampuan ini terbaik dipandang dari perspektif waktu. Bagaimanapun, beberapa indikator yang secara relatif spesifik dari kesehatan organisasi:

1. Tujuan untuk memusatkan. Ini adalah tingkat kepada orang-orang yang mana organisasi memahami dan menerima tujuan yang sesuai dan yang terjangkau dari organisasi itu.
2. Ketercukupan komunikasi. Ini adalah komunikasi internal horisontal dan vertikal dan komunikasi eksternal dengan lingkungan, dan kesenangan dan fasilitas dari komunikasi sebagai lawan jumlah “suara gaduh” dan “penyimpangan” itu dapat menghalangi dan mengacaukan komunikasi.
3. Persamaan kekuasaan yang optimal. Suatu penting dalam unsur dimensi ini adalah isu dari kerja sama melawan paksaan.
4. Pemanfaatan sumber daya manusia. Ini adalah penggunaan yang efektif tentang personil, sedemikian sehingga personal yang sedang bertumbuh dan mengembangkan candi-candi tua itu masih dapat dilihat, tetapi pekerjaan tidak tetap.
5. Keterpaduan. Ini adalah tingkat bagi peserta yang mana seperti organisasi dan ingin tinggal di dalamnya dalam rangka mempengaruhi gaya yang kolaboratif.
6. Moril. Ini adalah diperlihatkan ketika merasa kesejahteraan dan kesehatan dan kepuasan.
7. Inovasi. Ini Adalah kecenderungan untuk memikirkan tujuan dan prosedur yang baru, tumbuh, untuk berkembang, dan untuk menjadi lebih dibedakan setelah jangka waktu tertentu.
8. Otonomi. Bukannya menjadi melulu " alat dari lingkungan" itu menjawab dengan pasif bagi di luar stimulusasi, organisasi yang otonomi menuju untuk menentukan perilaku yang sendiri selaras dengan permintaan yang eksternal.
9. adaptasi. Organisasi yang sehat harus bisa berubah, benar, dan menyesuaikan lebih cepat dari lingkungan.
10. Pemecahan masalah ketercukupan. Ini meliputi mekanisme untuk merasakan dan merasa permasalahan, seperti halnya itu. untuk memecahkan permasalahan untuk selamanya dan dengan ketegangan yang minimum.






BAB 9
KONFLIK DI DALAM ORGANISASI
Suatu aspek yang mempengaruhi tentang hasil diagnosa untuk konflik manajer adalah untuk memastikan cara masing-masing pihak bagi situasi konflik telah mengkonsep situasi. Kenneth Thomas menetapkan bahwa ia adalah umum, situasi konflik, menekankan tingkat kepada yang mana suatu pesta akan bekerja sama dengan pihak yang lain tetapi melewatkan suatu faktor waktu yang kritis: keinginan berbagai pihak untuk mencukupi perhatian nya. Seperti itu, di dalam pandangan nya, dua dimensi tingkah laku kritis membentuk satu cara konseptual konflik:
1. Kooperatif, yang mana tingkatan satu berbagai keinginan untuk mencukupi perhatian dari lainnya agar tercapai suatu organisasi yang ideal.
2. Ketegasan, yang pada tingkatan berbagai keinginan untuk mencukupi perhatian kepunyaan dan kepuasaan dalam organisasi.
Ini dilihat seperti dimensi yang mandiri, seperti ditunjukkan di (dalam) Gambar 9-4. Seperti itu, di dalam mendiagnosa suatu konflik yang dikonsepsi dengan berbagai isu yang menjadikan suatu organisasi sebagai bahan kajian dan pelaksanaan menjadi lebih dari melalui sesuatu yang bekerja sama atau " akting secara profesi": kooperasi dapat dipandang sebagai secara harafiah suatu pengorbanan diri sendiri yang terpaksa.
Dari analisa ini, Thomas mengidentifikasi lima perspektif yang prinsip yang mungkin digunakan di dalam conceptualizing konflik dan perilaku biasanya dihubungkan dengan perspektif itu:
1. Perilaku yang kompetitif adalah pencarian untuk mencukupi perhatian diri sendiri atas biaya yang lain. kalau diperlukan. Sebagai ditunjukkan di (dalam) Gambar 9-5, ini merupakan suatu orientasi kompetisi tingkat tinggi yang enggan membantu yang tinggi. Efek adalah dominasi dari situasi, sebagai contoh, di dalam negosiasi kontrak yang keras kepala di mana tidak ada apapun dihasilkan dan tiap-tiap keuntungan dimanfaatkan. Itu adalah solusi pembuka pandangan yang klasik dari konflik.
2. Avoidant ( yang unassertive-uncooperative) perilaku adalah pada umumnya dinyatakan oleh kelesuan, penarikan, dan sikap acuh tak acuh. Ini tidak berarti bahwa ada suatu ketidakhadiran dari konflik tetapi bahwa itu tidak dikonsepsi ketika sesuatu yang harus ditangani. Karenanya, sisa konflik yang tersembunyi dan mungkin dipandang dengan cara yang berbeda pada waktu yang lain.
3. pemondokan ( kerendahan kooperatif ketegasan yang tinggi) adalah type oleh peredaan: seseorang mengindahkan yang berhubungan dengan apa yang sedang pelaksanaan yang berorientasi ini untuk menghindarkan konflik.

BAB10
PENGAMBILAN KEPUTUSAN RASIONAL DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Bahkan suatu pemahaman yang mendasar dari pendekatan yang jaman ini ke pengambilan keputusan dalam organisasi memerlukan pertimbangan yang ringkas dari sebagian dari tatacara di mana kita sudah mempelajari untuk memikirkan berbagai hal seperti itu. Kita yang hidup di Dunia barat cenderung untuk menggunakan dan menerima logika, rasionalitas, dan ilmu pengetahuan ketika berpikir tentang konsep seperti pengambilan keputusan. Ini mencerminkan secara umum asumsi yang dipegang di dalam kultur tentang tatacara di mana kita " sebaiknya" pembuatan keputusan untuk bepergian. Asumsi ini sudah membentuk inti pusat dari berpikir tentang berbagai hal seperti itu.
Sepanjang berabad-abad tentang Reformasi, sejarah dari kultur dan Pikiran yang barat telah dikuasai oleh kenaikan dari ilmu pengetahuan, teknologi, dan industri. Pikiran yang ilmiah, dengan nya penekanan yang kuat pada rasionalitas yang logis, telah menjadi hampir berurat akar di institusi dari kultur kita. Seperti itu, di dalam mencari-cari penjelasan tentang pengalaman kita, kita adalah terbiasa menghormati rasionalitas dari pemikiran logis secara singkat, aku akan menjelaskan lebih lanjut di dalam bab ini, kita sudah betul-betul cenderung untuk lihat solusi kepada segala rupa permasalahan ketika menuntut aplikasi dari " rancang-bangun" pendekatan. Ini telah dicerminkan Max Weber analisa dari organisasi yang birokratis ( lihat Bab 1). telah dilambangkan oleh pekerjaan dari Frederick Taylor ( lihat Bab 1) siapa yang, mengadaptasikan prinsip dan metoda dari ilmu pengetahuan persis sama benar format dari " manusia rancang-bangun" di tempat kerja, yang dicari menciptakan suatu ilmu pengetahuan dari manajemen bisa diberlakukan bagi permasalahan yang sehari-hari di organisasi itu. Taylor menghubungkan Manajemen Ilmiah dan, Donald Schon menunjuk ke luar, " Taylor lihat suatu manajer sebagai perancang dari pekerjaan, suatu pengontrol dan monitor dari capaian... ( pencarian melalui peran ini) untuk menghasilkan secara optimal produksi yang efisien.
Konsep dari manajemen sebagai ilmu pengetahuan tumbuh dengan mantap sepanjang yang pertama separuh dari abad tetapi Perang Dunia II Peperangan merangsang pengembangan nya dengan sangat. Ini adalah dalam kaitan dengan tiga faktor yang dihubungkan dengan peperangan:
Penekanan yang besar dengan diam-diam peran dari ilmu pengetahuan dan teknologi di dalam memenangkan peperangan itu.
Pengembangan dari riset operasi dan teori-sistem-sistem ( lihat Bab 3). Ini melibatkan aplikasi dari logika masuk akal tentang matematika yang memperagakan bagi solusi dari masalah yang rumit berkisar antara bagaimana cara mengurangi hilangnya pengiriman ke kapal selam menyerang untuk bagaimana cara meningkatkan efektivitas dari antena membom.
Secara belum pernah terjadi skala yang luas dari mengorganisir yang telah diperlukan untuk mengatur dimensi yang global dari konflik itu.
Perang Dunia II jaman Peperangan adalah salah satu dari energi dan optimisme yang besar sebagai industri dan bisnis dipindahkan dengan cepat memanfaatkan uang kontan menjual suatu program itu sebagai hasil dari kekurangan yang masa perang di mana-mana. Kepercayaan di dalam ilmu pengetahuan dan teknologi menganjurkan dan metoda logis masuk akal yang dihubungkan dengan ilmu pengetahuan membumbung tinggi di dalam penerimaan dan gengsi. Itu adalah hal yang biasa untuk mengacu pada Campuran wiski dan vermot yang masa perang . Adalah merancang sebagai model untuk konseptual dan memecahkan permasalahan: " Betapapun, jika kita bisa membangun suatu bom atom yang kita hendaknya bisa memecahkan masalah ini." Pemerintah pembelanjaan untuk riset penelitian ke kemuliaan yang baru dengan diam-diam " basis dari dalil bahwa produksi dari pengetahuan yang ilmiah baru bisa digunakan untuk menciptakan kekayaan, mencapai tujuan nasional, meningkatkan hidup manusia, dan memecahkan permasalahan sosial."
BAB 11
GAMBARKAN DAN MENAKSIR BUDAYA ORGANISASI DI SEKOLAH

Studi dari pertambahan beberapa permasalahan budaya yang ada dalam organisasi bagi peneliti yang tradisional terutama sebab unsur-unsur yang penting tentang budaya adalah sulit dipisahkan, tak terlihat, dan demikian dikenal baik oleh para orang di dalam organisasi seperti dipertimbangkan terbukti sendiri dan berkembang dari organisasi itu sendiri.
tidak layak dari diskusi. Pengumpulan, penyortiran, dan data peringkasan seperti peristiwa historis penting di organisasi dan implikasi mereka untuk masa kini perilaku, dampak dari pahlawan organisatoris pada [atas] pemikiran yang jaman ini, dan pengaruh dari tradisi dan dongeng organisatoris adalah suatu tugas yang tidak mendorongnya kepada kerapian dari suatu daftar pertanyaan yang dicetak dan analisa statistik dari menjawab itu: Ketika pekerjaan dari Ouchi, Mereda dan Waterman, Kanter, dan Sukses dan Kennedy yang dipertunjukkan, itu adalah diperlukan untuk mendapat/kan di dalam organisasi: untuk berbicara panjang lebar dengan orang-orang; untuk menemukan apa yang mereka berpikir adalah penting bagi memperbicangkan tentang; untuk dengar bahasa mereka menggunakan; dan untuk menemukan lambang yang mengungkapkan asumsi mereka, kepercayaan mereka, dan nilai-nilai kepada yang mana mereka mendaftar. Karena alasan itu, para siswa dari kultur organisatoris cenderung untuk menggunakan metoda riset lapangan disbanding type tradisional adalah belajar. Ini telah mengangkat debat yang bertenaga di dalam banyak orang sekolah pendidikan menyangkut epistemological nilai dari metoda riset lapangan seperti dibandingkan dengan studi statistik semakin tradisional ( dari bersifat percobaan atau quasi-experimental mengetik) itu mempunyai lama barang dagangan dari peneliti bidang pendidikan. Dalam rangka memahami isu yang jaman ini di dalam kultur yang organisatoris di dalam pendidikan, itu adalah penting untuk mempunyai genggaman beberapa dari permasalahan riset dilibatkan.
KetikaEgon Guba telah menunjukkan, ada beberapa paradigma untuk menemukan " kebenaran" atau untuk " pemahaman." Ada, sebagai contoh, suatu paradigma yang hal tentang pengadilan yang mempunyai berkedudukan kuat peraturan tentang prosedur, peraturan tentang bukti, dan ukuran-ukuran untuk menghakimi ketercukupan dari kelanjutan hal tentang pengadilan ditentukan. Paradigma yang hal tentang pengadilan menyediakan petunjuk untuk perilaku di dalam courtrooms, mendengar, dan lain pendekatan yang hal tentang pengadilan [bagi/kepada] menemukan " fakta," " kebenaran," dan " pemahaman." Sampai baru-baru ini paradigma yang hal tentang pengadilan pasti mempunyai kegunaan yang sedikit di dalam pemeriksaan yang bidang pendidikan tetapi kini memperoleh ketenaran sebagai suatu mendekati ke evaluasi yang bidang pendidikan.