Jumat, 20 Juli 2007

MOTIVASI DARI GURU

MOTIVASI DARI GURU

A. Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari kata “ motif “ yang dapat diartikan sebagai
1. Sebagai upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu
2. Sebagai gaya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi pemcapaian suatu tujuan.
3. Suatu kondisi intern ( kesiapsiagaan )
4. Daya penggerak yang telah aktif
5. Perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahulu dengan tanggapan terhadap adanya tujuan ( Mc.Donald, dikutip Sardiman, 2003, hal.73)
Dari pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa motivasi adalah daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan.

B. Macam-macam motivasi
Berbicara tentang macam atau jenis motivasi dapat dilihat dari berbagai sudut pandang :
1. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya( Arden N.Frandsen dikutip Sardiman, 2003,hal.86), yaitu :
a. Motif-motif bawaan / physiological drives adalah motif yang dibawa sejak lahir, misalnya : dorongan untuk makan dan minum, dorongan untuk kerja, untuk beristirahat, dorongan seksual.
b. Motif-motif yang dipelajari / affiliative needs adalah motif yang timbul kerena dipelajari, misalnya : dorongan untuk mengajar, dorongan untuk mempelajari sesuatu yang baru.

2. Jenis Motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis
a. Motif organis, meliputi misalnya : kebutuhan untuk minum,makan,bernafas,seksual,kebutuhan untuk beristirahat
b. Motif-motif darurat, antara lain : dorongan untuk menyelamatkan diri, membalas, untuk berusaha, untuk berburu.
c. Motif-motif objektif adalah dorongan untuk dapat menghadapi dunia luar secara efektif, antara lain : kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, untuk melakukan manipulasi, untuk menaruh minat

3. Motivasi Jasmaniah dan rohaniah
a. Motivasi jasmaniah seperti misalnya : refleks, instink , nafsu
b. Motivasi rohaniah seperti misalnya : kemauan, rasa aman,rasa diterima dikelompok / masyarakat

4. Motivasi Intrinsik dan ekstrinsik
a. Motivasi intrinsic adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, kerena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu, contohnya ; seseorang belajar, kerena tuntutan dari dirinya sendiri( suatu kebutuhan ), bukan kerena ingin pujian atau ganjaran.
b. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi kerena adanya rangsangan dari luar, contohnya : seseorang belajar untuk mendapat nilai baik, sehingga akan dipuji oleh rang tuanya / pacarnya / temannya.

C. Fungsi Motivasi.
Motivasi berfungsi mendorong manusia untuk berbuat, menentukan arah perbuatan, untuk mencapai tujuan dan menyeleksi perbuatan yakni perbuatan mana yang akan mendapat prioritas utama untuk dikerjakan terlebih dahulu.
II. Macam-macam motivasi untuk mencapai tujuan pendidikan.
Untuk mencapai tujuan pendidikan di sekolah, perlu diperhatian beberapa bentuk motivasi yang ada, antara lain :

A. Motivasi dari Sikap Guru
Dalam mengajar menurut Winkel ( 1989 ),dikutip oleh Dra. Etty Sofyatiningrum. M.Ed (Pengaruh Umpan Balik Guru ….htm,http:// www.dipdiknas.go.id /balitbang, 2001) berapa kepribadian guru yang berperan adalah: (1)Penghayatan nilai-nilai kehidupan, (2) Motivasi Kerja, (3) Sifat dan sikap
Menurut Prof.Dr.Made Pidarta (1997), yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan motivasi seorang guru, antara lain : (4) Tingkat Kesejahteraan dan (5) Sistim Penilaian Kerja
Selanjutnya menurut Westby dan Gibson, seperti yang dikutip oleh Sardirman ( 2003 ), salah satu yang dapat meningkatkan kinerja seorang guru yaitu (6) Pengakuan terhadap profesionalisme guru oleh masyarakat

(1) Penghayatan nilai-nilai kehidupan
Seorang guru harus berpegang pada nilai-nilai tertentu misalnya, tanggung jawab dalam bertindak, kebanggaan atas hasil jerih payahnya sendiri, kerelaan membantu sesama yang memerlukan bantuannya.

(2) Motivasi kerja
Merupakan dorongan yang datang dari dalam dirinya untuk mendapatkan kepuasan yang diinginkan, serta mengembangkan kemampuan dan keahlian guna menunjang profesinya yang dapat meningkatkan prestasi dan profesinya. Dalam hal ini, guru yang bercita-cita menyumbangkan keahliannya demi perkembangan anak didiknya, profesi sebagai guru merupakan kepuasan pribadi, rela mengorbankan waktu dan tenaga demi kepentingan anak didiknya.

(3) Sifat dan sikap
Guru harus memiliki sifat dan sikap luwes dalam pergaulan, suka humor, rela membantu, kreatif dan berharap bahwa siswa mampu berpartisipasi dalam proses belajar mengajar secara aktif.
Dengan kepribadian guru yang positif, siswa akan merasa senang, puas, dan gembira. Simpati guru merupakan faktor yang sangat utama dalam melaksanakan tugasnya sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan sesuai dengan apa yang direncanakan. Di samping itu, siswa dapat mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh guru dengan sebaik-baiknya, dan akan meningkatkan prestasi belajarnya.

(4) Tingkat Kesejahteraan guru
Tinggi-rendahnya tingkat kesejahteraan guru , membawa dampak pada kinerja dan kejiwaan ( rasa aman dan tenang ) seorang guru, bila kebutuhan dasarnya belum terpenuhi cendrung tidak memperhatikan kode etik jabatannya. Istilah guru “”yambi “ (Mengajar di kelas merupakan salah satu kegiatannya / mata pencarian bukan suatu kewajiban ) akan terus dilakoni oleh seorang guru yang dituntut untuk memenuhi kebutuhan ekonomi pribadi maupun keluarganya. Walaupun kesejahteraan yang tinggi bukan merupakan kunci utama dalam meningkatkan kinerja seorang guru, tetapi setidaknya membuat rasa aman dan tenang secara pysikologis seorang guru serta memberi waktu yang cukup banyak untuk mempersiapkan, memilih metode mengajar , melaksanakan proses pembelajaran dan evaluasi


(5) Sistim penilaian kerja
a. Sistim Reward dan Sanksi
Penilaian yang selama ini hanya melihat hasil DP3 perlu dibenahi, fungsi DP3 sebagai alat untuk menilai perilaku pendidik, seharus dilaksanakan secara objektif, setiap guru yang berprestasi harus mendapat perlakukan khusus berupa reward ( proposi jabatan, bonus gaji berkala dipercepat,mendapat bea siswa mengikuti pendidikan lebih tinggi, dll ), begitu juga dengan guru yang tidak mempan dinasehati dan dibina diberi sanksi yang tegas.
Jika ada siswanya yang berprestasi baik dalam bidang akademik dan non-akademik, yang mendapat reward tidak hanya siswanya tetapi juga gurunya yang selama ini membimbingnya, sehingga memotivasi guru untuk membimbing siswa dengan segala kemampuan dan keahliannya secara maksimal.

b. Kepangkatan
Sistim kepangkatan berdasarkan angka kredit pada dasarnya merupakan penghargaan bagi guru, tetapi implikasi pelaksanaannya kadang-kadang tidak memperhatikan azas kinerja, timbul anggapan bahwa setiap 2 ( dua ) tahun guru harus naik golongan dapat mematikan motivasi kinerja seorang guru yang baik dan rajin.







(6) Pengakuan terhadap profesionalisme guru oleh masyarakat
Wolmer dan Mills (seperti dikutip Sardiman,2003, hal.134 ) mengatakan bahwa suatu pekerjaan mempunyai status professional jika memenuhi syarat :
a. Memperoleh dukungan masyarakat
Pengakuan keprofesionalan profesi guru oleh masyarakat diwujudkan dalam bentuk accountability, dimana kompetensi output yang dihasilkannya ( siswa ) secara langsung maupun tidak langsung diakui dan dipakai oleh masyarakat secara luas, hal ini akan meningkatan motivasi seorang guru untuk melaksanakan tugasnya, apa yang ia lakukan selama ini merupakan suatu proses yang outputnya selalu dinanti dan diperlukan oleh masyarakat.
b. Mendapat pengesahan dan perlindungan hukum
Sistim Pendidikan sudah mempunyai landasan hukum yang jelas yaitu Undang-Undang Sisdiknas No.20 tahun 2003, sedangan Undang-undang guru sampai sekarang masih bersifat draf yang kapan dibahas bahkan untuk disyahkan (“?”), profesi guru dapat dimasukan sebagai tenaga kerja dalam bidang jasa tetapi tidak diakomodasi dalam UU tenaga kerja yang ada.
Jika seorang siswa dan orang tua guru secara langsung maupun tidak langsung menghina bahkan melecehkan profesi guru, siapa yang perduli, bahkan sesama guru saja kadang-kadang tidak perduli, apalagi masyarakat luas, tetapi jika seorang guru memukul siswanya kerena kenakalan siswa atau kondisi mental guru yang tidak prima pada saat itu, bisa menjadi atau diajukan sebagai kasus penganianyaan oleh orang tua.


c. Memiliki persyaratan kerja yang sehat
Kondisi kelas yang bagus, hanya di ukur dari kelengkapan sarana kelas, kebersihan kelas, kondisi bangunan yang layak, sistim fentilasi dan pencahayaan yang baik, lingkungan kelas yang tenang, tetapi tidak memperhatikan dampak kesehatan pada gurunya, bagaimana dampak penggunaan kapur tulis dalam jangka panjang terhadap guru (hasil penelitian yang valid belum penulis dapatkan ), guru BP ( jika ada ) disekolah ( tempat kerja ) berorentasi pada pemecahan kesulitan pada siswa bukan mengatasi dan pemecahanan masalah yang timbul oleh tingkat setres guru, kebanyakan lembaga penyelenggara pendidikan bahkan pada guru berstatus PNS tidak mempunyai program cek medical secara rutin dan berkala ( gratis ) seperti pada suatu perusahaan padahal pada satu sisi guru dituntut untuk selalu tampil prima didepan kelas.
d. Memiliki jaminan hidup yang layak
Seperti yang sudah dibahas pada point (4) dan (6).b, kondisi guru pada sekolah swasta pada umumnya tidak mempunyai program jaminan hidup yang layak, baik pada aspek kesehatan, perumahan maupun jaminan pensiun. Pengangkatan guru tampa perjanjian kerja yang jelas, mengakibatkan pemberhentian guru oleh lembaga penyelenggara pendidikan swasta ( bersembunyi dikedok lembaga sosial ) tidak mengenal pesangon dan jika mengajar pada sekolah lain akan dihitung mulai nol tahun kembali, tidak ada UU yang mengatur tentang upah minimum guru ( swasta ) membuat profesi guru dianggap tidak menjanjikan untuk kelanyakan hidup. Hal inilah yang membuat seseorang menjadi guru kerena motivasi tidak ada pekerjaan lainnya lagi, atau motivasi seorang mahasiswa masuk FKIP atau Universitas ( pencetak guru ) kerena tidak diterima pada Universitas dan fakultas lainnya, bukan kerena motivasi pengabdian sebagai guru yang professional.


B. Motivasi dari Metode Mengajar

Motivasi pembelajaran terdiri dari empat komponen( Pengembangan dan Penggunaan Model Pembelajaran.htm, http:// www.dipdiknas.go.id /balitbang, 2001) yaitu:
1. Attention (minat/perhatian);
Attention yaitu berhubungan dengan sikap percaya, yakin akan berhasil atau yang berhubungan dengan harapan untuk berhasil (Keller, 1987: 2-9). Menurut Bandura seperti dikutip oleh Gagne dan Driscoll (1988: 70) seseorang yang memiliki sikap percaya diri tinggi cenderung akan berhasil bagaimana pun kemampuan yang ia miliki. Sikap di mana seseorang merasa yakin, percaya dapat berhasil mencapai sesuatu akan mempengaruhi mereka bertingkah laku untuk mencapai keberhasilan tersebut. Sikap ini mempengaruhi kinerja aktual seseorang, sehingga perbedaan dalam sikap ini menimbulkan perbedaan dalam kinerja
2. Relevance (relevansi);
Relevance yaitu berhubungan dengan kehidupan siswa baik berupa pengalaman sekarang atau yang telah dimiliki maupun yang berhubungan dengan kebutuhan karir sekarang atau yang akan datang (Keller, 1987: 2-9). Siswa merasa kegiatan pembelajaran yang mereka ikuti memiliki nilai, bermanfaat dan berguna bagi kehidupan mereka. Siswa akan terdorong mempelajari sesuatu kalau apa yang akan dipelajari ada relevansinya dengan kehidupan mereka, dan memiliki tujuan yang jelas. Sesuatu yang memiliki arah tujuan, dan sasaran yang jelas serta ada manfaat dan relevan dengan kehidupan akan mendorong individu untuk mencapai tujuan tersebut. Dengan tujuan yang jelas mereka akan mengetahui kemampuan apa yang akan dimiliki dan pengalaman apa yang akan didapat. Mereka juga akan mengetahui kesenjangan antara kemampuan yang telah dimiliki dengan kemampuan baru itu sehingga kesenjangan tadi dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan sama sekali (Gagne dan Driscoll, 1988: 140). Dalam kegiatan pembelajaran, para guru perlu memperhatikan unsur relevansi ini.
Beberapa cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan relevansi dalam pembelajaran adalah: mengemukakan tujuan sasaran yang akan dicapai. Tujuan yang jelas akan memberikan harapan yang jelas (konkrit) pada siswa dan mendorong mereka untuk mencapai tujuan tersebut (DeCecco,1968: 162). Hal ini akan mempengaruhi hasil belajar mereka.
(a) Mengemukakan manfaat pelajaran bagi kehidupan siswa baik untuk masa sekarang dan/atau untuk berbagai aktivitas di masa mendatang.
(b) Menggunakan bahasa yang jelas atau contoh-contoh yang ada hubungannya dengan pengalaman nyata atau nilai-nilai yang dimiliki siswa. Bahasa yang jelas yaitu bahasa yang dimengerti oleh siswa. Pengalaman nyata atau pengalaman yang langsung dialami siswa dapat menjembataninya ke hal-hal baru. Pengalaman selain memberi keasyikan bagi siswa, juga diperlukan secara esensial sebagai jembatan mengarah kepada titik tolak yang sama dalam melibatkan siswa secara mental, emosional, sosial dan fisik, sekaligus merupakan usaha melihat lingkup permasalahan yang sedang dibicarakan (Semiawan, 1991).
(c) Menggunakan berbagai alternatif strategi dan media pembelajaran yang cocok untuk pencapaian tujuan. Dengan demikian dimungkinkan menggunakan bermacam-macam strategi dan/atau media pembelajaran pada setiap kegiatan pembelajaran.
3. Confidence (percaya/yakin);
Confidence adalah yang berhubungan dengan minat/perhatian siswa. Menurut Woodruff seperti dikutip oleh Callahan (1966: 23) bahwa sesungguhnya belajar tidak terjadi tanpa ada minat/perhatian. Keller seperti dikutip Reigeluth (1987: 383-430) menyatakan bahwa dalam kegiatan pembelajaran minat/perhatian tidak hanya harus dibangkitkan melainkan juga harus dipelihara selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu, guru harus memperhatikan berbagai bentuk dan memfokuskan pada minat/perhatian dalam kegiatan pembelajaran. Herndon (1987:11-14) menunjukkan bahwa adanya minat/perhatian siswa terhadap tugas yang diberikan dapat mendorong siswa melanjutkan tugasnya. Siswa akan kembali mengerjakan sesuatu yang menarik sesuai dengan minat/perhatian mereka. Membangkitkan dan memelihara minat/perhatian merupakan usaha menumbuhkan keingintahuan siswa yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Minat/perhatian merupakan alat yang sangat berguna dalam usaha mempengaruhi hasil belajar siswa.
4. Satisfaction (kepuasan/bangga),
Satisfaction yaitu yang berhubungan dengan rasa bangga, puas atas hasil yang dicapai. Dalam teori belajar satisfaction adalah reinforcement (penguatan). Siswa yang telah berhasil mengerjakan atau mencapai sesuatu merasa bangga/puas atas keberhasilan tersebut. Keberhasilan dan kebanggaan itu menjadi penguat bagi siswa tersebut untuk mencapai keberhasilan berikutnya (Gagne dan Driscoll, 1988: 70). Reinforcement atau penguatan yang dapat memberikan rasa bangga dan puas pada siswa adalah penting dan perlu dalam kegiatan pembelajaran (Hilgard dan Bower, 1975:561). Menurut Keller berdasarkan teori kebanggaan, rasa puas dapat timbul dari dalam diri individu sendiri yang disebut kebanggaan intrinsik di mana individu merasa puas dan bangga telah berhasil mengerjakan, mencapai atau mendapat sesuatu. Kebanggaan dan rasa puas ini juga dapat timbul karena pengaruh dari luar individu, yaitu dari orang lain atau lingkungan yang disebut kebanggaan ekstrinsik (Keller dan Kopp, 1987: 2-9). Seseorang merasa bangga dan puas karena apa yang dikerjakan dan dihasilkan mendapat penghargaan baik bersifat verbal maupun nonverbal dari orang lain atau lingkungan. Memberikan penghargaan (reward) menurut Thorndike seperti dikutip oleh Gagne dan Briggs (1979: 8) merupakan suatu penguatan (reinforcement) dalam kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, memberikan penghargaan merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mempengaruhi hasil belajar siswa (Hilgard dan Bower, 1975: 561). Untuk itu, rasa bangga dan puas perlu ditanamkan dan dijaga dalam diri siswa

C. Motivasi dari Media Pengajaran
Ada beberapa pengertian yang disampaikan oleh para ahli tentang pengertian media pengajaran, antara lain menurut Suprayekti (2003, hal.14), media adalah segala sesuatu yang mengantarkan pesan dari sumber kepada penerima, namum secara utuh media pengajaran dapat dipahami sebagai segala sesuatu ( medium / wadah ) yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan pembelajaran sehingga merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa, sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa, mencakup pengertian, sumber, lingkungan dan metode ( Depdiknas, 2002, hal 44).
Media pengajaran antara lain Audioa Visual Aid (AVA), Media Grafis, Media audio, media visual,yang berfungsi guna membantu guru untuk dapat memberikan pengalaman audio visual kepada siswa, dalam rangka mendorong motivasi belajar, memperjelas dan mempermudah memahami konsep yang abstrak dan mempertinggi daya serap atau retensi belajar. AVA terdiri dari ( Depdiknas, 2002, hal.3) :
o Perangkat lunak ( software ) adalah program transparansi, kaset atau flim yang berisi pesan yang ditampilkan atau disalurkan dari pengirim ( sumber belajar) kepada penerima ( peserta didik ) .
o Perangkat keras ( hardware ) yaitu alat pandang-dengar sebagai alat penampil atau penyalur.
Guna mengoptimalkan pemanfaatan dan pemilihan media dalam proses pembelajaran, perlu diperhatikan beberapa motivasi dalam media pengajaran, yaitu :
1. Anak didik dipandang sebagai organisme yang mempunyai potensi untuk berkembang
Salah satu tugas seorang guru adalah menyediakan media pembelajaran, sesuai landasan filosofis pendidikan ( aliran eksintensialis ) yang menyatakan peserta didik perlu mendapat pengalaman belajar sesuai perbedaan individu mereka ( Depdiknas, 2001, hal.31), oleh sebab itu tugas pendidik adalah membimbing dan menyediakan kondisi ( media pengajaran ) agar siswa dapat mengembangkan bakat dan potensinya, guru menyediakan media pengajaran tetapi selanjunya siswalah yang mengolah dan mencerna bahan pengajaran sesuai dengan bakat, kemampuan dan latar belakang masing-masing siswa.
Menurut Sardiman ( 2003, hal.99 ) mengutip kiasan “ kalau mengajari anak untuk mendapatkan ikan, jangan memberi ikan tetapi berilah kail “. Kiasan ini sebenarnya mempunyai makna yang cukup penting dalam proses belajar-mengajar, sebab siswa harus aktif sendiri termasuk bagaimana strategi yang harus ditempuhnya untuk mendapatkan suatu pengetahuan atau nilai, guru cukup memberikan acuan alat / media ( ibaratkan kail-nya). Ini menunjukan bahwa yang aktif dan mendominasikan aktivitas adalah siswa, hal ini sesuai dengan hakekat anak didik sebagai manusia yang penuh potensi yang bisa berkembang secara optimal apabila kondisi / media pembelajaran mendukungnnya.
2. Meningkatkan nilai positif pada emotional ectivities
Menurut Paul B.Diedrich sebagaimana dikutip Sardiman ( 2003, hal.101 ) Emotional ectivities anak didik seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.
Kegiatan dalam proses pembelajaran harus lebih dinamis, tidak membosankan dan pembelajaran benar-benar menjadi pusat aktivitas belajar yang maksimal dan bahkan akan memperlancar peranannya, kreativitas guru dalam memilih media pembelajaran mutlak diperlukan agar dapat merencanakan kegiatan siswa yang sangat bervariasi itu, sehingga meningkatkan minat, rasa gembira, bersemangat, bergairah, tenang dalam proses belajar dan berani menyampaikan gagasan serta menghilangkan rasa bosan dan gugup siswa.
3. Aktualisasi bahan pengajaran (Pengetahuan – Ketrampilan – sikap – nilai ) .
Guru dalam menyampaikan bahan pengajaran , baik berupa aspek kognitif ( fakta, konsep, prinsip, ), aspek afektif ( sikap, nilai, norma), ataukah aspek psikomotorik ( ketrampilan, prosedur ) memerlukan media pembelajaran yang berbeda-beda. Bahan pengajaran yang disampaikan hanya berupa verbal monoton tampa ada aktualisasi visual,membuat anak merasa bosan dan jenuh, maka fungsi guru tidak beda dengan seorang pendogeng.
Aktualisasi bahan pengajaran merangsang daya kreativitas dan motivasi siswa, siswa langsung mendapatkan pengalaman visualisasi dari bahan pengajaran , dari itu ia dapat membuat suatu generalisasi suatu konsep – prinsip menjadi suatu fakta, sehingga pembelajaran bermakna ,efektivitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan pendidikan akan tercapai.


D. Motivasi dari Penilaian / Evaluasi
Assessment (evaluasi) yaitu yang berhubungan dengan evaluasi terhadap siswa. Evaluasi merupakan suatu bagian pokok dalam pembelajaran yang memberikan keuntungan bagi guru dan murid (Lefrancois, 1982: 336).
1. Alat Monitor
Bagi guru menurut Deale seperti dikutip Lefrancois (1982: 336) evaluasi merupakan alat untuk mengetahui apakah yang telah diajarkan sudah dipahami oleh siswa; untuk memonitor kemajuan siswa sebagai individu maupun sebagai kelompok; untuk merekam apa yang telah siswa capai, dan untuk membantu siswa dalam belajar. Bagi siswa, evaluasi merupakan umpan balik tentang kelebihan dan kelemahan yang dimiliki, dapat mendorong belajar lebih baik dan meningkatkan motivasi berprestasi (Hopkins dan Antes, 1990:31). Evaluasi terhadap siswa dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh mana kemajuan yang telah mereka capai. Apakah siswa telah memiliki kemampuan seperti yang dinyatakan dalam tujuan pembelajaran (Gagne dan Briggs, 1979:157).


2. Self assessment guru dan siswa
Evaluasi tidak hanya dilakukan oleh guru tetapi juga oleh siswa untuk mengevaluasi diri mereka sendiri atau evaluasi diri. Evaluasi diri dilakukan oleh siswa terhadap diri mereka sendiri, maupun terhadap teman mereka. Hal ini akan mendorong siswa untuk berusaha lebih baik lagi dari sebelumnya agar mencapai hasil yang maksimal. Mereka akan merasa malu kalau kelemahan dan kekurangan yang dimiliki diketahui oleh teman mereka sendiri. Evaluasi terhadap diri sendiri merupakan evaluasi yang mendukung proses belajar mengajar serta membantu siswa meningkatkan keberhasilannya (Soekamto, 1994). Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Martin dan Briggs seperti dikutip Bohlin (1987: 11-14) bahwa evaluasi diri secara luas sangat membantu dalam pengembangan belajar atas inisiatif sendiri. Dengan demikian, evaluasi diri dapat mendorong siswa untuk meningkatkan apa yang ingin mereka capai. Ini juga sesuai dengan apa yang dikemukakan Morton dan Macbeth seperti dikutip Beard dan Senior (1980: 76) bahwa evaluasi diri dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Oleh karena itu, untuk mempengaruhi hasil belajar siswa evaluasi perlu dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran.















Daftar Pustaka


…………, Pedoman Merancang Sumber Belajar, Depdiknas, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta, 2004

Sardiman A.M. , Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta , 2003

H.Soetarno,Dr,M.Pd.,Motivasi tenaga Kependidikan dalam Meningkatan Profesionalisme, Depdiknas, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta, 2003

Suprayekti, Dra.,M.Pd., Interaksi Belajar Mengajar, Depdiknas, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta, 2003

…………, Pedoman Penyedian Fasilitas Guru, Depdiknas, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta, 2002

…………, Pengelolaan Sarana Pendidikan, Depdiknas, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta, 2002

…………, Peralatan dan Bahan Pelajaran , Depdiknas, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta, 2002

Etty Sofyatiningrum. Dra. ,M.Ed., Pengaruh Umpan Balik Guru ….htm, http:// www.dipdiknas.go.id /balitbang, 2001

Djamah Sopah, Pengembangan dan Penggunaan Model Pembelajaran. htm, http:// www.dipdiknas.go.id /balitbang, 2001

Tidak ada komentar: